Tanggapan!
If the Human take the control of a couple sin of you, did you deal with it ?
Mungkin setelah revolusi industry abad delapan belas lah manusia mulai berperang dengan yang namanya keimanan, kalian tahu keimanan jenis apa itu ? agama, ilmu adalah sarana atau kecakapan yang disebut wawasan untuk semakin menyakinkan kita akan tuhan bahwa kita ada penciptanya, kemudian ada Copernicus, galileo, newton, Darwin , einsten , edison dan hawking, ada allan turring, bill gates, steve jobs dan mark zuckerberg well, kemudian manusia digiring menjadi pemalas, digiring menjadi anti sosial dan menjadi palsu sepalsu palsunya.
Ada semacam keresahan dari apa yang ditawarkan teknologi yang kian hari kian maju dan penuh inovasi, fisika katakan ini singularitas, atau satu kondisi di mana segala bentuk satu ketetapan itu tidak tetap atau berkembang semakin luas, yap ironis seperti keabadian yang tidak pernah ada, bahwasanya yang tidak pernah berubah adalah perubahan itu sendiri.
Serial Black mirror adalah serial yang menampilkan sisi lain dari perkembangan psikologis manusia dan teknologi, yap saya pernah mendengar di buku penerapan iptek dan agama di entah buku siapa yang saya baca sambil lalu itu mengatakan, “bahwa jika kemajuan iptek dipegang oleh tangan – tangan baik maka hasilnya akan sama baik, dan demikian sebaliknya” maka jelas di serial ini sang director seakan menyuguhkan sesuatu yang lain, entah menggiring kita menjadi populasi dari spesies yang cenderung pragmatis atau skeptis ? karena menurut saya se ilmiah apapun cara berfikir kita yang jelas – jelas manusia cenderung hipokrit atau munafik atau senang mendua, benarkan ?
Maka ketika saat ini segala macam media sosial dijadikan sebuah ukuran popular atau tidaknya kamu, bahagia atau tidaknya kamu bergantung dari sehedonis dan seberapa banyaknya like atau symbol cinta di display instagram, facebook, BBM, dan Twitter saja, bukan dari sejatinya apa yang kita lakukan dikehidupan nyata kita sehari – hari, tapi kemudian saya berfikir apa justru yang paling nyata dari kehidupan itu sendiri ? karena setiap hari setiap kepala menunduk pada layar handphonenya masing-masing, ketika kebahagian mereka direngut oleh hanya sekedar angka dari symbol jempol dan voting banyaknya cinta kecup dalam instagram justru mendominasi bagaimana cara berfikir, bersikap dan berbahagia malah di monopoli aplikasi itu ?
Well terlepas dari itu semua maka apa yang dikatakan Hannah yang mengutip dan dikembakan sendiri olehnya yang katanya dikutip dari entah sebuah hadis atau firman tuhan atau sabda nabi dia bilang “terlalu fanatik kepada ketidak fanatikan itu sendiri tidak baik, dan menurut agama kita harus selalu cukup bukan kurang juga bukan lebih” hebat, pemikiran yang hebat, kemudian salah satu guru di sma dulu juga pernah mengatakan bahwa segala macam bentuk interaksi sosial di dunia maya tujuannya hanya satu, menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh meskipun itu ambigu menurut saya manusia, ilmu pengetahuan dan segala macam tek tek bengeknya adalah filsafat.
Maka Socrates kemudian datang ketengah pasar dan berteriak kepada orang – orang “Apa itu hidup ?” karena katanya Hidup yang tidak pernah dipertanyakan adalah hidup yang tidak layak dijalani!.
Mungkin setelah revolusi industry abad delapan belas lah manusia mulai berperang dengan yang namanya keimanan, kalian tahu keimanan jenis apa itu ? agama, ilmu adalah sarana atau kecakapan yang disebut wawasan untuk semakin menyakinkan kita akan tuhan bahwa kita ada penciptanya, kemudian ada Copernicus, galileo, newton, Darwin , einsten , edison dan hawking, ada allan turring, bill gates, steve jobs dan mark zuckerberg well, kemudian manusia digiring menjadi pemalas, digiring menjadi anti sosial dan menjadi palsu sepalsu palsunya.
Ada semacam keresahan dari apa yang ditawarkan teknologi yang kian hari kian maju dan penuh inovasi, fisika katakan ini singularitas, atau satu kondisi di mana segala bentuk satu ketetapan itu tidak tetap atau berkembang semakin luas, yap ironis seperti keabadian yang tidak pernah ada, bahwasanya yang tidak pernah berubah adalah perubahan itu sendiri.
Serial Black mirror adalah serial yang menampilkan sisi lain dari perkembangan psikologis manusia dan teknologi, yap saya pernah mendengar di buku penerapan iptek dan agama di entah buku siapa yang saya baca sambil lalu itu mengatakan, “bahwa jika kemajuan iptek dipegang oleh tangan – tangan baik maka hasilnya akan sama baik, dan demikian sebaliknya” maka jelas di serial ini sang director seakan menyuguhkan sesuatu yang lain, entah menggiring kita menjadi populasi dari spesies yang cenderung pragmatis atau skeptis ? karena menurut saya se ilmiah apapun cara berfikir kita yang jelas – jelas manusia cenderung hipokrit atau munafik atau senang mendua, benarkan ?
Maka ketika saat ini segala macam media sosial dijadikan sebuah ukuran popular atau tidaknya kamu, bahagia atau tidaknya kamu bergantung dari sehedonis dan seberapa banyaknya like atau symbol cinta di display instagram, facebook, BBM, dan Twitter saja, bukan dari sejatinya apa yang kita lakukan dikehidupan nyata kita sehari – hari, tapi kemudian saya berfikir apa justru yang paling nyata dari kehidupan itu sendiri ? karena setiap hari setiap kepala menunduk pada layar handphonenya masing-masing, ketika kebahagian mereka direngut oleh hanya sekedar angka dari symbol jempol dan voting banyaknya cinta kecup dalam instagram justru mendominasi bagaimana cara berfikir, bersikap dan berbahagia malah di monopoli aplikasi itu ?
Well terlepas dari itu semua maka apa yang dikatakan Hannah yang mengutip dan dikembakan sendiri olehnya yang katanya dikutip dari entah sebuah hadis atau firman tuhan atau sabda nabi dia bilang “terlalu fanatik kepada ketidak fanatikan itu sendiri tidak baik, dan menurut agama kita harus selalu cukup bukan kurang juga bukan lebih” hebat, pemikiran yang hebat, kemudian salah satu guru di sma dulu juga pernah mengatakan bahwa segala macam bentuk interaksi sosial di dunia maya tujuannya hanya satu, menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh meskipun itu ambigu menurut saya manusia, ilmu pengetahuan dan segala macam tek tek bengeknya adalah filsafat.
Maka Socrates kemudian datang ketengah pasar dan berteriak kepada orang – orang “Apa itu hidup ?” karena katanya Hidup yang tidak pernah dipertanyakan adalah hidup yang tidak layak dijalani!.
Comments
Post a Comment