Sekolah Pranikah Salman - Batch 18
Sudah sampai pada sesi terakhir dari rangkaian program Sekolah Pra Nikah Salman ITB yang saya ikuti dari awal hingga akhir (1 bulan). Kegiatan ini membuat saya terbentur, terbentur, kemudian terbentuk. Seindependen-independenya cara berpikir saya, seprogresif-progresifnya cara Saya bertindak dan melihat dunia—serta perasaan bahwa saya sudah cukup dan siap—ternyata faktanya tidak demikian. Masih ada beberapa celah yang kosong dari apa yang saya anggap cukup dan siap.
Saya baru sadar, tahu, dan memahami bahwa Islam memandang serta menyikapi pernikahan dengan amat sangat versatile, sophisticated, dynamic, modern, dan simple. Namun, pada saat yang sama, Islam tetap berakar pada aspek fundamental, seperti siapa kita di hadapan Allah SWT. Ini cukup rumit, tetapi juga memuaskan jika berhasil menggali makna-makna yang menjadi landasan filosofisnya. Saya jadi memiliki argumen yang lebih berbobot—bukan hanya sebagai dasar pembenaran, tetapi juga sebagai dasar keimanan.
Sejak serial materi pertama yang membahas mindset Islam dalam memandang pernikahan; materi kedua tentang bagaimana Islam mengartikan pernikahan sakinah yang membawa mawaddah dan rahmah; materi ketiga mengenai mengenal dan menerima diri serta melakukan persiapan spiritual dan mental dalam menyongsong fase baru dalam hidup; hingga materi keempat tentang keberkahan dalam meregulasi tujuan pernikahan serta merancang kembali sasaran saat menjadi suami/istri/orang tua kelak dari sudut pandang perintah dan keberkahan Allah—semuanya menggugah, meyakinkan, dan memantapkan saya bahwa pernikahan adalah kendaraan atau alat bagi hamba-hamba yang mencari ridha Allah.
Materi kelima, keenam, dan ketujuh mengupas secara teknis tentang memahami, berkomunikasi, berstrategi membangun keluarga yang tangguh, serta menghadapi masalah dalam pernikahan dari sudut pandang Islam, yang kemudian dielaborasi dengan ilmu sosial dan psikologi. Hal ini menjadikan materi-materi tersebut sangat powerful dan memberikan banyak insight yang saya maknai sebagai hidayah dan tuntunan Allah.
Materi kedelapan, yang memaparkan rujukan Al-Qur'an serta hadis tentang nafkah dan pengelolaan keuangan, dengan segala kehati-hatian Islam dalam memisahkan yang hak dan bukan hak, menjadi ilmu yang benar-benar baru dan fresh bagi saya. Materi terakhir tentang pendidikan seks dan kesehatan reproduksi dalam rumah tangga juga sama pentingnya dan menjadi salah satu dari sekian banyak materi yang sangat bermanfaat sebagai bekal saat menikah nanti.
Saya sangat bersyukur ditakdirkan Allah untuk mengikuti kelas ini. Semoga semua yang terlibat dalam proses kegiatan yang dipayungi oleh Masjid Salman ITB, serta seluruh entitas yang terkait, mendapatkan berkah dan menjadikannya sebagai ladang amal jariyah di dunia dan akhirat. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.
Comments
Post a Comment