Saya dan Arus Balik “ Pramoednya Ananta Toer “

Arus Baliknya Pram bener – bener sebuah karya yang menurut saya pribadi, melebihi keagungan karya Pram yang lain, dengan penumbuh kesadaran dalam motif yang lain, berbicara soal bumi manusia karya Pram, buku itu jelas membuat semua orang yang membacanya akan tumbuh keberaniannya untuk bicara dan mengaktualisasi apa yang diucapkannya dengan satu tindak laku yang mereka anggap benar.

  Intinya orang seolah tumbuh rasa keberaniannya untuk membela sesuatu terhadap apa yang dianggapnya benar.
  Disambung oleh anak semua bangsa, jejak langkah dan Rumah Kaca, damn itu adalah tetralogy yang bener – bener mampu mengaduk-aduk rasa kemanusian kita, emosi kita entah dengan sebutan atau istilah apalagi bisa saya ucapkan bahwa membaca karya Pram seolah ada reaksi kimia tersendiri yang menjadi Trigger bagi kepribadian pembacanya itu sendiri.

  Dan iya saya sempat menganggap bahwa Tetralogi Buru Bumi manusia adalah Sastra Indonesia terbaik yang pernah saya baca, tapi semua itu runtuh setelah saya baca lagi Tetralogi Buru yang lain, yah soal epos Kerajaan yang dibikin Pram, Arok Dedes, Arus Balik, dan yang bakal sebentar lagi saya baca yaitu Mangir .

  Tapi Arus Balik membuat kita lebih kearah untuk cenderung berkomtemplasi, tafakur atau merenung, berfikir dalam – dalam soal kearifan dan kebijaksanaan dalam mengambil keputusan juga menerka dan merangkai relevansinya dengan keadaan dewasa ini.
  Di Arus balik nilai – nilai dari moralitas manusia seolah ditelanjangi dan dikuliti hingga habis yang disodorkan tingkah – tingkah manusia jika disambangi kekuasaan, mungkin bener apa yang dikatakan Thomas Hobbes bahwa manusia itu Homo Homini Lupus, makhluk yang saling terkam satu sama lain.
  Okeh selalu dalam semua karya tulisan Pram, Alhamrhumah Pram selalu punya daya gedor dalam setiap karakter – karakter yang ia tulis, terlebih lagi Pram selalu membuat orang biasa yang tidak bisa apa – apa dan tak tahu apa – apa menjadi bisa apa – apa dan tahu apa – apa, keren ? iya keren banget.

  Penokohan Arok dari seorang anak desa yang cerdas dan kritis bahkan seorang yang sudah bijaksana dari kecil karena pengaruh keluasan wawasannya sendiri mampu memimpin dan mengatasnamakan rakyat sendiri memberangus ketidak adilan dari para pemimpin – pemimpin pengumbar nafsu koruptif dan manipulatif.

  Bahkan dalam Arus Balik pram selalu menyinggung gajah mada, yang sama – sama orang desa namun kritis dan selalu mau belajar adalah salah satu contoh dan bukti bahwa siapapun harus berani melakukan sesuatu pada apa yang terjadi dibawah kolong langit ini, apalagi ketika kita lihat kebodohan dan ketololan terlalu merajalela.

  itulah cara bersikap dan bertingkah, pada sosok – sosok seperti Ken Arok, dan Wiranggaleng, Mingke, dan semua tokoh – tokoh yang saya lupa lagi dari semua karya – karya pram yang selalu membuat pembacanya menjadi tumbuhnya kemaskulinitasan yang utuh pada keberanian pada pembaca untuk Do something jika saya harus mengutip apa yang dikatakan temen saya, ibu Bernadette bella.

  Tapi Pram tidak cacat dalam menuliskan Kefeminiman yang dibalut oleh keanggunan dari seorang perempuan, contoh ,saya begitu amat sangat mendambakan perempuan seperti Nyai onttosoroh di Novel Bumi manusia dan penggambarannya dalam Rumah Kaca, kemudian Ken Dedes, Idayu, Ang San Mei, Juga Sabarini .

  Dari sini saya lihat bahwa Pram punya Visi yang selaras dengan apa yang dilihat Nikola Tesla bahwa saatnya nanti perempuan akan lebih mendominasi, bahkan lebih berani bersikap dibanding laki – laki, bahkan sudah seharusnya perempuan dimuliakan juga diberi kesempatan, yah dan Alquran sudah lebih dulu bicara jika menyoal soal itu.

  Tapi disini juga saya melihat bahwa mungkin sosok – sosok perempuan seperti inilah yang diidamkan Pram, saya juga tidak terlalu percaya diri mengatakan ini, karena bisa jadi pram terinpirasi oleh kisah ibunya, atau istrinya atau sumber inspirasinya dalam penulisan buku tentang Raden Ajeng Kartini itu sendiri, sialnya ternyata apa yang ditulis pram ini, menjadi candu untuk saya mengidamkan sosok – sosok perempuan yang seperti ini, berkarakter, punya kepribadian yang utuh, cerdas dan kritis juga dewasa, itulah mungkin kenapa tipe perempuan yang saya suka adalah perempuan yang mungkin umurnya lebih tua dari saya, which is mungkin agak sukar yah, mengingat budaya dan nilai – nilai moralitas kita sendiri yang selalu memandang jangal perempuan lebih dari dua puluh lima tahun belum menikah kan  atau pacaran?

  Yah atau bisa saja saya baru mendiagnosis diri saya sendiri dengan salah satu kecenderungan Oedipus Complex, karena mengidamkan perempuan yang lebih tua, but god damn it, what the hell is wrong with that, right ? semua orang punya konsep idealnya masing – masing soal pasangan kan ? but eventually, damn terlalu banyak kecenderungan di diri ini.

  Yang jelas pram selalu dalam karya – karyanya membuat sosok – sosok perempuan berada dalam sisi yang bisa membuat kita menjadi lebih merenung tentang perempuan iu sendiri.
Ia selalu dalam torehan penanya membuat para perempuan berangsur-angsur secara perlahan – lahan tumbuh menjadi satu pribadi yang lebih kokoh dan berpendirian karena pengetahuan, dari sini kita lihat lagi Pram menyiratkan sesuatu pada pembaca pentingnya “ Belajar” dengan secara Implisit, kenapa saya pake tanda kutip mengembel – embeli kata belajar, karena lihat Pram dia cuman Lulusan Sekolah Rakyat namun berhasil punya gelar Professor karena keluasan wawasannya yang notabene tidak mengenyam pendidikan belajar seperti kebanyakan orang zaman sekarang.

  Penting baca buku ? penting banget, apalagi untuk pribadi – pribadi seperti saya, yang cenderung agak kesulitan bergaul dengan kebanyakan orang, dan menyendiri itu sendiri adalah candu, dan kalo saya kutip apa yang dikatakan seorang sastrawan besar yang saya lupa lagi siapa namanya, beliau mengatakan seperti ini “kenapa kita harus banyak baca ? terlebih sastra klasik ? karena kita belajar memahami dan merefleksikan diri pada apa yang terjadi di luar dunia kita sendiri, “belajar” kata itu lagi yang datang, artinya belajar memahami berarti mempertajam kecerdasan emotional kita, emotional beda dengan emosian, emotional lebih kearah soal perasaan, kalo emosian kearah ngamuk – ngamuklah pokonya kaya presiden  J***wi waktu klarifikasi soal isu – isu kemaren, nah itu emosian ngamuk persis ABG.

  Nah dan belajar memahami dunia luar dan dunia kita melalui membaca adalah seperti menyelam sambil minum kuah Bakso, you know what I meant ok ? maksud saya selain kita belajar mempertajam kecerdasan emotional kita juga belajar mempertajam kecerdasan intelektual.

  Mana ada kutu buku berpikiran sempit ? ada ?! dimana ? di parlemen, okelah … fine, saya gak mau bahas itu, bakalan terlalu panjang nantinya.

  Intinya, ceuk si milea oge waktu dia masuk kamar  Abdul dilan, eh Dilan 1990, bahwa dia tahu bahwa seorang yang banyak baca buku pasti memiliki wawasan dan cara berfikir yang tidak cetek. ( maneh maca dilan sa ? ) hampura Khilaf urang, da kumaha ath panasaran ceuk batur rame, hehehe …

  Soalnya apa ? kita jadi bisa berfikir lima kali lebih jauh soal apa yang dijalani orang meskipun kita tidak sedang menjalaninya, kan kata Atticus pada anak perempuannya di buku To Kill A Mockingbird juga gitukan, kita gak akan tahu soal orang sebelum hidup dengan cara yang sama, berjalan di jalan yang sama dan memakai sepatu yang sama,.
  Melalui baca buku setidaknya sedikitnya kita willing to understand apa yang dialami orang – orang disekitar kita.

  okelah untuk mereka yang menjalaninya ketika kita mengomentari apa yang mereka jalani, mereka akan bilang “ Sok tahu kamu” atau “ Nyaho naon ari sia ?” seperti itu kan tapi sebenarnya kita sama – sama tahu bahwa mereka yang mencemooh cara berfikir tentang komentar kita tahu benar bahwa kita tidak salah.

  Mereka bertingkah seperti itu digerakan oleh rasa malu mereka karena merasa diceramahi oleh orang yang tidak menjalani sesuatu tapi tahu persis sesuatu yang dijalani mereka itu sendiri dengan baik .
  Saya bisa saja patah semangat, dan menjadi kompromi dengan segala macam hinaan masyrakat, teman bahkan saudara sendiri tentang apa yang saya percaya, jika saya tidak ingat dengan apa yang disabdakan Rosulluloh SAW Muhammad, “ Lihat apa yang dibicarakannya, bukan siapa orangnya”.

  Nah kebanyakan orang, tidak mau memaknai apa yang dikatakan Rosulluloh itu, karena mereka tahu kebenaran dari apa yang dikatakan Rosullolah itu sendiri, bahwa kenyataan selalu lebih menyakitkan dari pada sakitnya menikahi  pacar yang sebenarnya janda, atau tidak lagi perawan, menjadi jomblo dan kesulitan lulus dari kuliah atau sakit hatinya menjadi pengangguran, bener ga ?

  Makanya Moriarty musuhnya Sherlock Holmes bilang bahwa Truth is Boring, karena tahu benar apa arti kenyataan itu sendiri.
  Well anyway tulisan ini udah terlalu melenceng semelenceng – lencengnya, balik lagi ke Arus Baliknya Pram, dalam karyanya yang satu ini, jelas saya seolah disuguhkan satu Khazanah Wawasan dan cara berpikir Pram yang lebih baru dan lebih lengkap juga kompleks, ngeri saya dibuat merinding dan dibikin nagih untuk terus baca sampai selesai .

  Pokonya Gini deh seandainya sineas Indonesia pengen Film Indonesia menang dan diperhitungkan dalam perfilman dunia, dapet Oscar deh, buku Arus Balik harus diFilmkan, Kenapa ? gini deh ada yang pernah lihat serial Marcopolo ? atau Game Of Thrones ? atau One Piece ? atau The Lord Of The Rings ? atau The Hobbit ? atau film Dunkrik ? atau yang terakhir yang paling rame Black Panther ?

  Nah novel ini punya kesempatan menjadi lebih besar dari pada film – film itu sendiri, kenapa coba tengok dalam novel Arus balik, ada bahasa Ispanya, Portugis, Jawa, Sunda, Melayu, Arab dan Tionghoa, belum lagi kostum – kostum yang dipake, belum lagi perang laut dan strategi perang darat dan gerilya, belum lagi, sejarah kerajaan bangsa kita, belum lagi monopoli politik dagang dan kekuasaannya, belum lagi dinasti politiknya, belum lagi, ahh… terlalu banyak belum laginya yang gak bisa saya sendiri sebutkan.

  Yang jelas baca Pram itu selalu ada perasaan sepersis kita sedang melakukan masturbasi, di awal dengan tempo yang sepelan – pelannya, merenknstruksi jalan cerita di Lobus Frontal otak kita berimaji dan tenggelam dalam emosi, perlahan memuncak menjadi kocokan yang mengaduk – ngaduk emosi dan pada akhirnya membuncahlah segala macam kepenatan dalam jiwa karena terlepas dari segala hal – hal yang coba ditekan oleh alam bawah sadar kita ( jika meminjam istilah Sigmund Freud ), yah begitulah karya – karya Pram selalu Klimak pada akhirnya .

  “ Jangan bosan – bosan mendengar kata yang sering kuulang ini : kemenangan ini belum banyak  artinya, selama peranggi ( purtugis )  menguasai jalan rempah – rempah, merekalah yang menguasai dunia, dan kita hanya menduduki pojokan gelap, “ kata wiranggaleng pada pasukan – pasukannya.

  “ Makin kuat mereka menguasai jalan rempah – rempah, makin gelap pojokan kita, apabila mereka tak dihalau dari tempat – tempat mereka berkuasa sekarang ini, bahkan dibiarkan semakin kuat saja, nasib jawa dan nusantara sudah dapat ditentukan – ambruk entah sampai berapa keturunan.” Lanjut wiranggaleng pada pasukan – pasukannya.

  Dan ini bagian paling pentingnya, “ Dahulu, di jaman kejayaan majapahit, arus bergerak dari selatan ke utara, dari Nusantara ke atas angin . majapahit adalah kerajaan laut terbesar di antara bangsa – bangsa beradab di muka bumi ini. Kapal – kapalnya. Muatannya, manusianya, amal dan perbuatannya, cita – citanya semua itulah arus selatan ke utara. Segala – galanya datang dari selatan . majapahit jatuh orang tak bisa lagi bikin kapal besar. Kapal kita makin lama makin kecil seperti kerajaannya. Karena, ya, kapal besar hanya bisa dibikin oleh kerajaan besar. Kapal kecil dan kerajaan kecil menyebabkan arus tidak bergerak ke utara, sebaliknya dari utara sekarang ke selatan, karena Atasa angina lebih unggul, membawa segala – gala ke Jawa, termasuk penghancuran, penindasan, dan penipuan. Makin lama kapal – kapal kita semakin kecil untuk kemudian tidak mempunyai sekali.” Wiranggaleng Bab 44 halaman 745 – 746.

  Dari sini, saya seolah jadi inget waktu batman di film karya Christopher Nolan The Dark Knight legowo dituduh membunuh delapan polisi dan jaksa wilayah yang berubah menjadi jahat Harvey Dent, terus batman bilang ke Gordon “ kita bisa mati sebagai seorang pahlawan atau orang yang hidup panjang dan lambat laun menjadi penjahat, aku bisa jadi apa yang kalian inginkan, jadi apa yang Githam inginkan, kau ( Gordon ) akan memburuku, polisi gotham akan memburuku, masyarakat gotham akan membenciku, tapi aku bisa terima demi kebaikan moral masyarakat Gotham “ jir ngeri ditambah backsound dari han zimmer yang bener – bener ciamik, di tambanh dialog Gordon pada anaknya yang bertanya kenapa Batman kabur, dia bilang “ saat ini kita tidak memerlukannya, dia sedang bertingkah menjadi ksatria kegelapan “ lalu batman dengan motor super langsingnya geber menuju batcave, duh dramatis dan menegangkan juga klimak indah namun gaduh dalam hati dengan semua pertanyaan dikepala, why ?????

  Nah persis seperti itu yang saya rasakan ketika membaca bagian dialog yang disampaikan Pram melalui wiranggaleng pada pasukannya, benar – benar penuh makna dan sindiran tajam pada rejim orde baru kala itu dan masih relevan jika disadurkan dengan rejim saat ini.

  Pram dalam novel Arus Balik telah mampu melihat akan jadi apa bangsa Indonesia nantinya, rempah – rempah dalam arus balik adalah istilah bagi Sumber Daya Alam bagi kita saat ini, coba lihat data asset SDA kita saat ini dan semua perusahaan milik Negara saat ini sudah dimiliki asing dari 85 hingga 90 persen, ngeri teu ?

  Ngerilah jang urang mah, naon dampakna serba akan didikte dengan seenak curuknya saja bangsa Indonesia dibalik dijajah, yah agressi militer memang sudah seolah ketinggalan jaman bahkan dikatakan demikian oleh PBB sendiri setelah perang dunia kedua, meskipun ironisnya di timur tengah agressi militer masih saja terjadi, but anyway itu lain soal ya.

  Apa atah yang relevan untuk penjajahan era baru ? ekonomi mang, monopoli sagala macam perdagangan, politik dan budaya itu adalah bentuk penjajahan baru, lihat gencarnya budaya barat, ngarusak moralitas masyarakat kita hari ini ? narkoba ? pelacuran dan kondom ? miras dan lifestyle yang serba mahal, laun – laun mang membuat masyarakat akan merasa asing dengan dirinya sendiri, meyebabkan kereshaan yang dalam stress dan meningkatnya tingkat kriminalitas, memang sedikit agak tidak konstruktif apa yang urg tulis tapi da kumaha sirah urang beberebetan urang susah nyusul pikiran urang bari ngetik iyeu tulisan so Intinya, dengan situasi seperti ini, harusnya masyrakata yang ngakunya udah mulai cerdas dan modern harusnya lebih kritis memaknai gampangnya kita diadu domba, gampangnya kita terpecah dan begitu mudahnya kita reaksioner terhadap sesuatu, bersatu mang, bersatu ceuk Karl Marx ge, bersatulah buruh sedunia ( eh sa, kade tong bawa – bawa Karl Marx ke disangka Komunis maneh ), ah Don’t care urang mah, mereka tahu apa ath soal komunis, mereka itu korban pembodohan Soeharto, maca buku Karl marx na ge henteu, baca tesi Frederick Engels na ge henteu, maca lenin na ge henteu, maca sejarah ide awal karl marx tentang das Kapital yang diambil dari seorang penulis perancis na ge henteu, jol – jol nuduh komunis, sok tahu mereka, saukur ceuk ceunah jol percaya, itu adalah kebodohan yang diwariskan orang tua – orang tua mereka yang sama – sama idiotnya.

  Lihat Putin yang membela Syria saat ini yang mau diserang Trump, lihat Putin waktu habis – habisan ngaledek ISIS dan Obama waktu itu, memang politik mah kepentingan bukan persahabatan, tapi tempo, marikir geura saeutik … saeutik weh tong loba teuing bisi olab.

  So sebagai penutup, saya cuman mau bilang, jangan salah sangka pada orang – orang yang suka baca buku, pada orang – orang yang suka menyendiri dan sibuk dengan segala macam kegaduhan dalam kepalanya jika ditengah keramaian mereka lebih sering menutup mulut mereka, bukan karena mereka benci atau anti sosial juga misantrophis, mereka cuman butuh memecahkan lebih dulu apa yang ribut dikepalanya sebelum meributkan sesuatu yang diributkan oleh kebanyakan orang.
kan ceuk Woody Allen oge “ Quiet People Have a loudest mind”.
  Saya ? jelas saya tertarik memperhatikan orang, tapi tidak tertarik pada perbincangan, kenapa ? karena lebih banyak bohongnya, postulat saya Everybody Lies !

  Toh intinya, tetep aja, In Society kutu buku adalah kutu secara harfiah, dan sarjana adalah Kutu buku dalam istilah, jadi kutu buku jelas akan selalu diremehkan masyrakat bila dibandingkan mereka yang keluar dengan gelar S dibelakangnya .
  Intinya, yang namanya menambah wawasan itu kewajiban hingga liang lahat kata Rosull kan ? bisa atau tidak bisa lanjut sekolah membaca itu harus dilakukan, paksa bila perlu bukan buat siapa – siapa tapi untuk diri kita sendiri agar kita menjadi pribadi yang lebih bernilai.

  So, ceuk Chelsea islan ge kan, #gemarbaca ceunah, hayu gera maca buku mang, rek kitu wae hirup teh !.

Comments

Popular posts from this blog

"Pemrograman sebagai Filsafat Bahasa Tingkat Tinggi: Perspektif Seorang Lulusan Sastra Inggris yang Terjun ke Dunia Teknologi"

Komputasi, Lingustik, dan Dasein ala Heidegger

Terbentur, terbentur kemudian terbentuk: the experiences of daily activites at UKRI