Apa benar bandung bahagia ?

Negara macam apa yang membuat rakyatnya merasa diri terancam tinggal di lingkungannya sendiri ? kecuali Negara yang memang sudah tidak begitu peduli pada masyarakatnya itu sendiri .
Padahal berdirinya satu Negara karena adanya rakyat itu sendiri .

  Bandung sejak dahulu memang terkenal gaung keangkerannya karena geng motor, premanisme, tawuran SMA, Copet, begal hingga maling .
  Siapa yang tidak bangga melihat bandung sekarang ? saya pikir gak ada, semua orang pasti bangga, karena semua orang berpikir bahwa kotanya adalah kota yang sering dikunjungi which is itu artinya adalah kota yang disenangi bukan karena perangai masyarakatnya yang konon katanya someah, ramah dan sopan – sopan, tapi juga karena infrastrukturnya yang sudah mulai bergaya ala Jakarta .

  Tapi lihat dulu sebentar Jakarta adalah kota kosmopolitan, yang artinya semua bentuk kebudayaan bercampur baur menjadi satu kesatuan so otomatis bercampurlah segala macamnya,dan kita bakal ngomongin kriminal sekarang .

  Jangan salah, menurut orang – orang dijakarta pun dulu Jakarta tidak kalah beringas dan buasnya bila dibandingkan dengan bandung, masalah tawuran, copet, premanisme maling hingga begal juga mereka punya andil besar dalam sebuah cerita mengenai hal – hal yang sifatnya demikian.
  Bedanya Jakarta karena pusat pemerintahan dan segala macam urusan – urusan yang sifatnya soal citra penanganannya soal kriminalitas selalu lebih utama, yaitu tadi alasannya semua urusan diurus disini .

  Dulu sekali Jakarta itu persis sebuah kota di kolombia, kota apa itu ? Bogota, namun setelah pemerintahan barunya merekonstruksi banyak hal disana dengan seperti membangun taman sebanyak 120. 000, menanam 1.000 pohon juga merekonstruksi Ulang sekolah dan permukiman akhirnya semuanya nampak berubah, belum lagi memperbaiki tingkat kesenjangan ekonomi disana yang sebenarnya segala macam bentuk tindakan aksi kriminal dipicu oleh aspek fundamental ini yang berkenaan soal duit, isi perut dan penis .


  Dan sekarang setelah apa yang dilakukan Jakarta sudah mirip dengan apa yang dilakukan Bogota di kolombia, yah hampir semua orang sudah bisa mengatakan bahwa Jakarta aman .

  Nah bagaimana dengan bandung ?
Kita semua mahfum saat ini bandung yah, sudah bisa dikatakan modern, lihat infrastruktur yang dibangun pemerintah wali kota ? taman berjubel dimana - mana, apartemen dan hotel berlengak – lengok di mana – mana, juga konon katanya tingkat kebahagian masyarakat yang semakin bahagia .

  Seriously ? bener gitu ? kalo ngomongin pembangunan okehlah bener, kalo ngomongin taman okelah bener, kalo ngomongin kebahagian ? aslina masyarakat bandung itu bahagia ?
Saya pikir enggak juga tuh.

  Contoh kecil deh yah, lihat tingkat pengangguran di bandung sekarang ? lihat keamanan di bandung sekarang ? lihat tingkat stress orang – orang bandung sekarang ?
meningkat dua kali lebih pesat dibandingkan beberapa tahun yang lalu, kenapa ? yaitu tadi kadang – kadang para pembangun tidak melihat dampak sosial yang bakal terjadi diakar rumput atas apa yang mereka bangun .

  Contoh lagi, jika iya pembangunan itu membahagiakan, apa kabar dengan orang – orang yang hingga saat ini masih memperjuangkan hak – haknya atas kepemilikan komunal mereka sejak dahulu di daerah kolong jembatan layang pasupati atau di daerah yang deket balubur town square ?

  Mereka korban penggusuran selanjutnya yang hingga hari ini masih memperjuangkan apa yang menurut mereka patut diperjuangkan, alasan mereka amat sangat prinsipil, bahwa lebih baik rumah sendiri meski ala kadarnya dari pada harus pindah menuju satu tempat yang dialokasikan pemerintah namun harus bayar biaya pembeliannya .

  Come on, kebanyakan orang di Indonesia itu yah orang – orang yang dilihat dari tingkat kelas ekonominya adalah masyarakat kelas bawah, yang mana artinya orang – orang yang bahkan untuk memenuhi kebutuhan sehari – harinya saja harus berjuang mati – matian setengah gila, dan mereka harus bayar cicilan ? boa edan .

  Kemudian, Apa kabar dengan meningginya angka pengangguran di bandung yang tiap tahun bukan semakin mengecil justru malah semakin membeludak ini, bukti kemiskinan yang kian hari tidak kunjung membaik justru malah sebaliknya, dan … masih berani bilang bandung itu modern dan bahagia ?

  Sekarang, lihat tingkat keamanan yang ada di bandung ? bandung itu bukan cuman daerah Pusdai ampe kampus maranatha aja, tapi dari perbatasan cimahi hingga Ujung Rancaekek, dari Ujung lembang sampe Ujung Soreang.

  Kita bisa sepakat bahwa di kota aman – aman ajah, tapi lihat di pesisiran, masih banyak berjubel aksi – aksi kriminalitas yang pemicunya selalu yang sifatnya selalu sudah kita tahu, apa itu kemiskinan !

  Semakin stress satu kota akan semakin berbanding lurus dengan semakin meningkatnya juga aksi kriminalitas, ironis buat saya menyaksikan bandung yang semakin terang benderang karena pembangunan mall, apartemen, hotel dan taman – taman, ketika masyarakatnya masih berjuang mengais rejeki namun sempitnya lowongan pekerjaan buat para pengais rejeki .

  Pemerintah seolah berfokus pada realitas tampilannya saja, bahwa bandung harus terlihat cantik, yah bandung semakin cantik tapi dalamnya bandung itu rusak, lambat laun segala macam kenajuan yang serba cepat yang datang ke bandung merusak psikolgis mental masyrakatnya .

  Gini deh kalo cari kerja itu susah, so otomatis kita susah dapet Uang, kalo kita susah dapet Uang berarti kita gak bisa makan, nah kalo kita gak bisa makan kita jadi lapar, nah kalo udah lapar kitanya jadi emosi terus gebrak meja ( eh inget si egod urg ) nah kalo udah emosi kitanya jadi berusaha melakukan apapun meskipun lompat dari batas kesadaran kita soal baik dan buruk agar segala macam rasa lapar kita bisa dipenuhi, sekalipun cara itu kriminal .

  Akhirnya ada yang jadi gelandangan, pengemis, pengamen, pencopet, pelacur, penjahat dan pelakor ( uppsss ), apa penggeraknya ? satu, kemiskinan.
  Terus kata temen saya, dodi bilang “ ahh jelema goblog mah, so soan weh mamawa samurai di tengah jalan “, nya itulah akibatnya dari kemiskinan, ketika mereka – mereka yang lemah iman sudah sulit berjuang mempertahankan imannya untuk tetap waras pelariannya adalah miras, setelah mabuk mereka tak sadarkan diri, jadi sedikit gila dan angkat samurai di tengah jalan pake motor ditebas – tebaskan ke udara .

  Itu bentuk pelarian paling nyata dari kekecewaan mereka pada kenyataan, apa murni menyalahkan hungkul pada keimanan seseorang ? terus peran pemerintah disini dimana ? tuh orang – orang yang ada dipinggir jalan kadon ditewakan ku satpol PP, dan saya menyaksikan itu, miris aing, lihat seorang ibu nu mohon maaf keadaan kakinya tidak sesehat kita harus lari sambil gendong anak, tiba – tiba dibekuk ku satpol pp, terus lihat PKL yang tiap hari dikejar – kejar dan diancam diamankan dagangannya, kumaha tah eta?

  Pendekatan yang dilakukan pemerintah itu bukan solusi tapi murni aksi represif mereka pada tuntutan eksistensialisme dan gengsi satu kota yang dimintai oleh pemimpin Negara, bahwa satu kota yang sehat adalah kota yang bersih dari segala macam hal yang bisa bikin malu .

  Emangna mereka yang turun ke jalan nyari uang receh itu Hobi mereka ? passion mereka ? kan bukan tapi karena keterpaksaan satu kondisi yang dimana mereka juga sudah seolah berputus asa dan berpikir bahwa cuman itu satu – satunya usaha yang bisa mereka lakukan selain berdoa sama tuhan agar semuanya kembali membaik .

  Padahal Undang – undang tahun 45 pasal 33 dan 34 nerangin jelas bahwa mereka itu urusan pemerintah loh, kan brengseknya ai kiyeu mah jadina teh, kesel urg .
terus lihat bahwa sebenarnya bandung itu juga adalah korban selanjutnya dari tatanan sebuah konsep kota yang hedonis korban dari produk – produk para kapitalis yang akhirnya bisa bikin masyrakat ini bisa kena penyakit psycho sosiologi, apa itu ? Giris, giris adalah satu kondisi dimana satu individu akan merasa terasing jika dia berbeda dengan kebanyakan yang dilihatnya dari lingkungan sosialnya .

  Kalo kalian susah ngerti, analogi sederhananya kaya gini, kalo lu gak pegang Hape Iphone lu bakal ngerasa asing dan malu untuk kumpul sama orang – orang yang tiba – tiba pake Iphone, otomatis mau gak mau lu bakal ngelakuin apapun untuk punya Iphone sekalipun itu kredit . Sah gak ngeredit ? sah – sah aje ( pake dialek dan aksen betawi ), yang jadi masalah dampak dari ngredit itu sendiri yang bakalan bikin lu jadi kalang kabut, mayaranana timana ? lamun orang yang tidak lahir dari Rahim orang tua yang kaya mereka dapetin itu dari mana ? kerja, its okey kerja kalo lu udah kerja, tapi biasanya kelas pekerja itu cicilannya banyak, terus kalo udah gitu gimana ? yah lu stress – stress juga kan ? Nah masih berani bilang bandung bahagia ?, nah kalo kondisi tadi dialami yang belum bekerja gimana ? mau gak mau karena sulitnya nyari kerja hingga mereka putus asa, biasanya mereka paling banter jadi pengamen, yang lebih parah karena jadi pengamen juga gak bisa, sebagaian remaja yang labil akan beralih pada satu pemberontakan kecil, menjadi gelandangan yang diembeli dengan tagline “ Punk “, hidup dengan gaya nomaden, saya mah gak mau bilang bahwa mereka ini sampah masyarakat, da ini adalah salah satu bukti bahwa pemerintah cacat dan gagal membahagiakan dan menjamin masyarakatnya . Nya ayeuna tempo deui, mereka kaya gitu karena gak sekolah ? tempo ath biaya sakola ? kebanyakan orang yang benar – benar tidak beruntung pasti milih dahar dari pada sakola kan ? nah pan aya bantuan dari pemerentah, omong kosong, sudah menjadi bukti bahwa dana apbn negra untuk pendidikan itu selalu jadi bagian yang paling banyak dikorupsi . Tiba – tiba semua subsidi dicabut pemerentah, nanaon coba ? bahkan menuntut sekolah untuk melakukan otonomi sendiri agar bisa bertahan, lihat brengsekan ? Nah sekarang lihat pembangunan taman ? buat urang ini jiga pengalihan doang, justru seolah menjadi penguat bahwa masyrakat bandung itu butuh piknik biar gak beringas, enggak mang, da lihat yang datang ketempat – tempat bagus itu bukan orang – orang miskin, tapi orang – orang kelas menengah ke atas, so otomatis masih ada kesan borjuistik dalam pembangunannya itu sendiri . Yang bikin masyrakat miskin yang butuh hiburan itu jadi segan untuk masuk kesana, apa masih berani bilang bahwa bandung itu bahagia ? Dan yang terakhir lihat begal yang hingga menewaskan seseorang ? Jika dilihat motif penggeraknya para kriminal ini selalu bergerak karena masalahnya satu “ da kumaha ath pak saya teu dahar “ jelas mereka pada pak polisi yang berhasil membekuk mereka . Jadi kalo dilihat – lihat lagi factor ekonomilah yang membuat masyrakat itu cenderung gampang berubah, yah urusan Duit, perut sama kanjut, itu emang sensitip, yang jadi masalah kemudian, para pengaman Negara dan yang mengaku sebagai kepanjangan tangan Negara yang bertugas mengamankan masyarakat dari ancaman kejahatan yang disebut TNI/Polri Kamana ? Kenapa harus nunggu dulu ada kejadian baru bertindak, preventif ath tong pasif gitu sama keamanan rakyat teh, reaksioner itu gak bagus, sudah jadi tugas para pengaman bikin rakyatnya merasa aman dan kondusif kapanpun dan dimana pun. Ah, sudahlah, gara – gara ninggali Video tadi, jadi weh kesel sendiri . damn ! ngomongkeun pemerintah mah jiga ngomongkeun permainan yang ada dijakarta dulu, Tong setan, motor puputeran tuluy dinu lobang !

Comments

Popular posts from this blog

"Pemrograman sebagai Filsafat Bahasa Tingkat Tinggi: Perspektif Seorang Lulusan Sastra Inggris yang Terjun ke Dunia Teknologi"

Komputasi, Lingustik, dan Dasein ala Heidegger

Terbentur, terbentur kemudian terbentuk: the experiences of daily activites at UKRI