Mengkritisi Toleransi !
Gini deh, Usually rational argument itu tidak worth it sama kebanyakan orang – orang yang ngakunya relijius, in the other hand sebenarnya di luar sana gak ada orang – orang yang bener – bener relijius , jangan tanya kenapa yah ? karena balik lagi ke postulat saya that everybody lie .
Beberapa kali saya bilang bahwa live base on something we don’t believe itu bukan gaya saya yang harusnya juga bukan gaya kalian, karena percaya pada sesuatu dengan membabi buta hanya karena itu warisan leluhur atau orang tua kita, lantas kita telan semua itu bulat – bulat ( dengan dalih menghormati ), nah saya kagak mau, sekalipun orang tua saya bersikukuh dengan keharusan itu karena warisan dari orang tua mereka yang diwariskan pula lagi dari orang tuanya orang tua dari orang tuanya itu sendiri itu bener – bener tolol ( lieurnya ? baca sakali deui ).
Karena balik lagi, ini dua ribu delapan belas, udah saatnya kita ilmiah, pake logika, karena mitos itu dibuat berdasarkan konsep rasionalisasi manusia supaya mereka bisa punya pegangan terhadap segala sesuatu yang sulit mereka urai, kalo kata nietzche yang memporakporandakan filsafatnya plato dan socrates katanya “ dua filsuf itu adalah orang – orang yang seneng ngebelah realitas “ , anyway saya tidak menyalahkan usaha lemah mereka, karena selain idiot yah para orang tua itu cenderung malas ( balik lagi urusan perut sama kemaluan ).
Udah saatnya lah, saya atau kita juga kalian yang lahir di era akhir abad kalo pinjem istilahnya pram di novel bumi manusia, nah sebagai orang – orang generasi Sembilan puluh yang katanya juga merasakan perubahan pesat yang cepat di zaman yang disebut era milenial itu berhenti percaya sama yang namanya mitos, sudah cukup kita atau kalian dibodohi, dan menjadi dungu sejadi – jadinya dengan amat sangat sadar oleh cinta, teman, bos, pekerjaan, pelajaran, bahkan oleh rasa bersalah, bukannya apa – apa karena itu memang bener – bener tidak berguna . ( gara – gara dicarekan tong heheotan bisi aya maung ) jadi weh postinganna katambahan iyeu . ( euweuh maung mah ! ayana ge di kebon binatang ! ).
Nah apa ni sekarang yang mau dibahas ? saya mau bahas nilai Toleransi so, here we are !
Willing to understanding each others itu penting, kenapa ? jawabannya karena jika menyoal isu toleransi yang ada di Indonesia, saya sebenarnya agak skeptis bahwa semua orang itu bener – bener toleran dalam makna harfiah, saya curiga bahwa sebenarnya toleransi yang ada di Indonesia atau bahkan dunia berlandaskan pada satu alasan yang kurang prinsipil, yaitu “ sakiranya si eta teu ngaganggu mah nya keun weh “ damn, saya selalu bisa lihat spectrum itu dalam lingkaran sosial kita .
Kata toleransi jika dipandang dalam sudut penilaian filsafatnya Immanuel Kant di tesisnya tentang kritik atas akal budi praktis dan ilmu hermeneutika yang banyak digagas oleh filsuf – filsuf besar yang salah satunya saya gemari Arthur schopenaur bilang bahwa kata toleransi berarti melibatkan satu pemahaman mutlak atau absolut pada sesuatu yang kita anggap masuk akal atau tidak lari dari jangkauan nilai – nilai moralitas umum yang mana sampai pada titik pemahaman itu kita juga harus terlibat kedalamnya tanpa harus terikat atau terkorupsi dari keimanan kita sendiri .
Jadi, buat saya penting loh, punya temen lintas agama, lintas ras, dan lintas budaya tujuannya satu, belajar bener – bener memahami, bahkan al-quran mengatakan “ tuhan menciptkan manusia bersuku – suku dan berbangsa – bangsa agar kalian saling mengenal “ see ? pointnya itu saling mengenal meh akur supaya match kitu tah .
Karena kalo nilai – nilai toleransi kita sudah berdasarkan rasa saling mengenal dan berbaur tanpa melibatkan sentiment apapun kecuali dengan hanya satu tujuan bahwa berpikiran dan bersikap terbuka dan berusaha mengenal tetangga agar tak mudah dibodohi, diadu domba, difitnah adalah satu – satunya motif yang paling mendasar pasti segala macam isu soal kerusuhan sudah bisa kompak kita katakan sebagai oknum pembenci kerukunan sesama manusia .
Saya mau kasih resensi deh buat siapapun yang pengen banget memahami toleransi dari sudut pandang yang paling mudah dimengerti, cobain baca bukunya harper lee yang judulnya To kill a mockingbird itu buku bagus banget, worth it deh .
Kenapa sih saya sampai gembar – gembor soal nanya pada diri sendiri soal nilai – nilai toleransi yang selama ini kita pegang sendiri ? karena kalo gak diginiin gak bakalan nular, kan kata Julian assange, tau gak siapa itu ? kagak yah ? baca buku ath !, ituloh pendiri wikileaks yang ngeretas arsip – arsip keintelijenan macam FBI, CIA yang katanya konon, berhasil nemuin arsip munir loh, anyway Julian assange bilang “ courage is contagious “ jadi saya akan sedikit mengutip dan merubah sedikit “ pengkritisan itu menular “, kenapa ? karena saya percaya bahwa kita belum berilmu kalau kita belum ragu, kenapa karena kita mulai ada kesadaran untuk bikin pertimbangan dan perbandingan tentang apa yang selama ini kita tahu dengan apa yang sekarang kita tahu .
Gini deh, lihat kejadian bom kemaren, sebenernya dilubuk hati masing – masing semua orang yang tinggal di Indonesia akan sepakat bahwa itu bukan muslim, sekalipun seandainya kejadian kemaren itu misalnya non – muslim yang ngebom masjid, yang muslim juga pasti akan sepakat bahwa itu bukan non – muslim yang gak suka ke muslim, tapi orang – orang yang salah tafsir soal agama yang mengklaim diri mereka mengatasnamakan agama, makanya kudu banget kita ngelepasin penilaian segala sesuatu berdasarkan nilai – nilai diluar yang sifatnya agama, kaya apa ? Politik, ekonomi sama ideologi .
itulah kenapa saya selalu percaya hingga hari ini segala macam kerusuhan itu bukan persangkut pautan masalah agama, karena buat saya gak ada kerusuhan berlandaskan itu, kecuali kejadian queen Issabel sih, itu tuh, yang di Andalusia spanyol, kalian research sendiri deh yah !
Gini saya punya temen yang bener – bener diluar pergaulan sehari – hari , gak banyak sih cuman beberapa, tapi mereka berbaur juga loh dengan orang – orang yang berbeda budaya, bahasa, ras juga keyakinannya, justru mereka tuh respek dan baik bahkan seringnya mereka lebih toleran dan positif dibanding yang segolongan.
Gak usah ngomong – ngomong soal misionaris deh yah, itu mah diluar pembahasan saya, karena kalo dibalik, jenis label keyakinan mana yang gak punya agen misionarisnya ? dengan metode yang persis sama, jadi gausah ngomongin itu yah, belajar berpikir adil .
Karena kata Pramoedya ananta toer “ sebagai orang yang terpelajar kita sudah harus lebih dulu bersikap adil sejak dalam pikiran apalagi dalam perbuatan “ damn tinggali iyeu pram nu lulusan SD dengan kebiasaan kutu bukunya punya pemikiran serevolusioner ini kan keren coy !
Satu contoh kasus bahwa gak ada yang namanya kerusuhan karena perbedaan kayakinan, kaya gini contoh kecil, kemaren entah di sushi tei entah di restoran eastern apa gitu saya lupa lagi ( saya disana bukan makan yah, lagi dapet orderan go-food hehehe ) yang di istana plaza, di depan saya ada beberapa orang yang jelas non muslim so obviously mereka gak puasakan, tapi mereka kayanya pengen makan gitu cuman kagok karena ada saya di depannya dengan tampang saya yang usaha banget pengen keliatan kaya Hamish daud dengan kumis dan janggut yang sengaja dicukur tipis itu berwajahkan penuh peluh dan keringat ditambah keringnya bibir saya, mereka mahfum betul bahwa saya lagi puasa, mereka bela – belain pindah meja ke kebelakang saya terus makan, nih lihat sebegitu niatnya mereka menghargai dan menghormati , padahal saya juga gak bakalan terpengaruh , cuman kalo lihat sikap mereka itu justru jadi bikin saya senyum – senyum sendiri karena mereka lebih sopan dibanding kebanyakan yang sekeyakinan dengan saya , ngerti yah pointnya kemana ?
Nah, itulah kenapa isu terrorisme soal agama itu gak pernah laku di Indonesia karena semua orang di indonesia pada paham bahwa pemeluk keyakinan manapun gak ngerasa bermasalah sama siapapun, karena yah memang istilahnya gak penting juga ngeributin siapa yang paling bener.
Di Indonesia itu selalu bakal kocar – kacir kalo udah riweuh masalah PKI itu doang, so .. intinya gak ada intinya sebenarnya saya cuman nulis apa yang terlintas di kepala saya aja dan kalo apa yang saya tulis terkesan ngacak kemana – mana, sorry – sorry aje ni pala ngebut soalnya jadi agak sedikit tidak konstruktif bahkan cenderung konspiratif tapi sadarilah satu hal bahwa segala hal di dunia ini serba konspirasi yang sering kalian sebut kebetulan padahal mah itu bisa diurai pake toeri probabilitas matematika tiap – tiap kejadian di dunia, jadi jangan anti sama yang namanya kosnpirasi karena kosnpirasi itu kaya omongannya Usop di serial one piece kejadian juga bro, rasionalnya seperti ini dimana tepatnya kita pengen nyembunyian satu pohon supaya tidak mudah ditemukan ? yah di hutan bener gak ? nah begitupun dengan isu dan teori atau fakta konspirasi disimpen di jutaan kebohongan – kebohongan besar lainya, supaya apa ? supaya terdengar konyol dan bohong .
Jadi yok mulai mengkritisi apa yang kalian tahu sudah tepatkah itu dipegang erat – erat kaya balon yang ada lima itu ? Think about it !
Beberapa kali saya bilang bahwa live base on something we don’t believe itu bukan gaya saya yang harusnya juga bukan gaya kalian, karena percaya pada sesuatu dengan membabi buta hanya karena itu warisan leluhur atau orang tua kita, lantas kita telan semua itu bulat – bulat ( dengan dalih menghormati ), nah saya kagak mau, sekalipun orang tua saya bersikukuh dengan keharusan itu karena warisan dari orang tua mereka yang diwariskan pula lagi dari orang tuanya orang tua dari orang tuanya itu sendiri itu bener – bener tolol ( lieurnya ? baca sakali deui ).
Karena balik lagi, ini dua ribu delapan belas, udah saatnya kita ilmiah, pake logika, karena mitos itu dibuat berdasarkan konsep rasionalisasi manusia supaya mereka bisa punya pegangan terhadap segala sesuatu yang sulit mereka urai, kalo kata nietzche yang memporakporandakan filsafatnya plato dan socrates katanya “ dua filsuf itu adalah orang – orang yang seneng ngebelah realitas “ , anyway saya tidak menyalahkan usaha lemah mereka, karena selain idiot yah para orang tua itu cenderung malas ( balik lagi urusan perut sama kemaluan ).
Udah saatnya lah, saya atau kita juga kalian yang lahir di era akhir abad kalo pinjem istilahnya pram di novel bumi manusia, nah sebagai orang – orang generasi Sembilan puluh yang katanya juga merasakan perubahan pesat yang cepat di zaman yang disebut era milenial itu berhenti percaya sama yang namanya mitos, sudah cukup kita atau kalian dibodohi, dan menjadi dungu sejadi – jadinya dengan amat sangat sadar oleh cinta, teman, bos, pekerjaan, pelajaran, bahkan oleh rasa bersalah, bukannya apa – apa karena itu memang bener – bener tidak berguna . ( gara – gara dicarekan tong heheotan bisi aya maung ) jadi weh postinganna katambahan iyeu . ( euweuh maung mah ! ayana ge di kebon binatang ! ).
Nah apa ni sekarang yang mau dibahas ? saya mau bahas nilai Toleransi so, here we are !
Willing to understanding each others itu penting, kenapa ? jawabannya karena jika menyoal isu toleransi yang ada di Indonesia, saya sebenarnya agak skeptis bahwa semua orang itu bener – bener toleran dalam makna harfiah, saya curiga bahwa sebenarnya toleransi yang ada di Indonesia atau bahkan dunia berlandaskan pada satu alasan yang kurang prinsipil, yaitu “ sakiranya si eta teu ngaganggu mah nya keun weh “ damn, saya selalu bisa lihat spectrum itu dalam lingkaran sosial kita .
Kata toleransi jika dipandang dalam sudut penilaian filsafatnya Immanuel Kant di tesisnya tentang kritik atas akal budi praktis dan ilmu hermeneutika yang banyak digagas oleh filsuf – filsuf besar yang salah satunya saya gemari Arthur schopenaur bilang bahwa kata toleransi berarti melibatkan satu pemahaman mutlak atau absolut pada sesuatu yang kita anggap masuk akal atau tidak lari dari jangkauan nilai – nilai moralitas umum yang mana sampai pada titik pemahaman itu kita juga harus terlibat kedalamnya tanpa harus terikat atau terkorupsi dari keimanan kita sendiri .
Jadi, buat saya penting loh, punya temen lintas agama, lintas ras, dan lintas budaya tujuannya satu, belajar bener – bener memahami, bahkan al-quran mengatakan “ tuhan menciptkan manusia bersuku – suku dan berbangsa – bangsa agar kalian saling mengenal “ see ? pointnya itu saling mengenal meh akur supaya match kitu tah .
Karena kalo nilai – nilai toleransi kita sudah berdasarkan rasa saling mengenal dan berbaur tanpa melibatkan sentiment apapun kecuali dengan hanya satu tujuan bahwa berpikiran dan bersikap terbuka dan berusaha mengenal tetangga agar tak mudah dibodohi, diadu domba, difitnah adalah satu – satunya motif yang paling mendasar pasti segala macam isu soal kerusuhan sudah bisa kompak kita katakan sebagai oknum pembenci kerukunan sesama manusia .
Saya mau kasih resensi deh buat siapapun yang pengen banget memahami toleransi dari sudut pandang yang paling mudah dimengerti, cobain baca bukunya harper lee yang judulnya To kill a mockingbird itu buku bagus banget, worth it deh .
Kenapa sih saya sampai gembar – gembor soal nanya pada diri sendiri soal nilai – nilai toleransi yang selama ini kita pegang sendiri ? karena kalo gak diginiin gak bakalan nular, kan kata Julian assange, tau gak siapa itu ? kagak yah ? baca buku ath !, ituloh pendiri wikileaks yang ngeretas arsip – arsip keintelijenan macam FBI, CIA yang katanya konon, berhasil nemuin arsip munir loh, anyway Julian assange bilang “ courage is contagious “ jadi saya akan sedikit mengutip dan merubah sedikit “ pengkritisan itu menular “, kenapa ? karena saya percaya bahwa kita belum berilmu kalau kita belum ragu, kenapa karena kita mulai ada kesadaran untuk bikin pertimbangan dan perbandingan tentang apa yang selama ini kita tahu dengan apa yang sekarang kita tahu .
Gini deh, lihat kejadian bom kemaren, sebenernya dilubuk hati masing – masing semua orang yang tinggal di Indonesia akan sepakat bahwa itu bukan muslim, sekalipun seandainya kejadian kemaren itu misalnya non – muslim yang ngebom masjid, yang muslim juga pasti akan sepakat bahwa itu bukan non – muslim yang gak suka ke muslim, tapi orang – orang yang salah tafsir soal agama yang mengklaim diri mereka mengatasnamakan agama, makanya kudu banget kita ngelepasin penilaian segala sesuatu berdasarkan nilai – nilai diluar yang sifatnya agama, kaya apa ? Politik, ekonomi sama ideologi .
itulah kenapa saya selalu percaya hingga hari ini segala macam kerusuhan itu bukan persangkut pautan masalah agama, karena buat saya gak ada kerusuhan berlandaskan itu, kecuali kejadian queen Issabel sih, itu tuh, yang di Andalusia spanyol, kalian research sendiri deh yah !
Gini saya punya temen yang bener – bener diluar pergaulan sehari – hari , gak banyak sih cuman beberapa, tapi mereka berbaur juga loh dengan orang – orang yang berbeda budaya, bahasa, ras juga keyakinannya, justru mereka tuh respek dan baik bahkan seringnya mereka lebih toleran dan positif dibanding yang segolongan.
Gak usah ngomong – ngomong soal misionaris deh yah, itu mah diluar pembahasan saya, karena kalo dibalik, jenis label keyakinan mana yang gak punya agen misionarisnya ? dengan metode yang persis sama, jadi gausah ngomongin itu yah, belajar berpikir adil .
Karena kata Pramoedya ananta toer “ sebagai orang yang terpelajar kita sudah harus lebih dulu bersikap adil sejak dalam pikiran apalagi dalam perbuatan “ damn tinggali iyeu pram nu lulusan SD dengan kebiasaan kutu bukunya punya pemikiran serevolusioner ini kan keren coy !
Satu contoh kasus bahwa gak ada yang namanya kerusuhan karena perbedaan kayakinan, kaya gini contoh kecil, kemaren entah di sushi tei entah di restoran eastern apa gitu saya lupa lagi ( saya disana bukan makan yah, lagi dapet orderan go-food hehehe ) yang di istana plaza, di depan saya ada beberapa orang yang jelas non muslim so obviously mereka gak puasakan, tapi mereka kayanya pengen makan gitu cuman kagok karena ada saya di depannya dengan tampang saya yang usaha banget pengen keliatan kaya Hamish daud dengan kumis dan janggut yang sengaja dicukur tipis itu berwajahkan penuh peluh dan keringat ditambah keringnya bibir saya, mereka mahfum betul bahwa saya lagi puasa, mereka bela – belain pindah meja ke kebelakang saya terus makan, nih lihat sebegitu niatnya mereka menghargai dan menghormati , padahal saya juga gak bakalan terpengaruh , cuman kalo lihat sikap mereka itu justru jadi bikin saya senyum – senyum sendiri karena mereka lebih sopan dibanding kebanyakan yang sekeyakinan dengan saya , ngerti yah pointnya kemana ?
Nah, itulah kenapa isu terrorisme soal agama itu gak pernah laku di Indonesia karena semua orang di indonesia pada paham bahwa pemeluk keyakinan manapun gak ngerasa bermasalah sama siapapun, karena yah memang istilahnya gak penting juga ngeributin siapa yang paling bener.
Di Indonesia itu selalu bakal kocar – kacir kalo udah riweuh masalah PKI itu doang, so .. intinya gak ada intinya sebenarnya saya cuman nulis apa yang terlintas di kepala saya aja dan kalo apa yang saya tulis terkesan ngacak kemana – mana, sorry – sorry aje ni pala ngebut soalnya jadi agak sedikit tidak konstruktif bahkan cenderung konspiratif tapi sadarilah satu hal bahwa segala hal di dunia ini serba konspirasi yang sering kalian sebut kebetulan padahal mah itu bisa diurai pake toeri probabilitas matematika tiap – tiap kejadian di dunia, jadi jangan anti sama yang namanya kosnpirasi karena kosnpirasi itu kaya omongannya Usop di serial one piece kejadian juga bro, rasionalnya seperti ini dimana tepatnya kita pengen nyembunyian satu pohon supaya tidak mudah ditemukan ? yah di hutan bener gak ? nah begitupun dengan isu dan teori atau fakta konspirasi disimpen di jutaan kebohongan – kebohongan besar lainya, supaya apa ? supaya terdengar konyol dan bohong .
Jadi yok mulai mengkritisi apa yang kalian tahu sudah tepatkah itu dipegang erat – erat kaya balon yang ada lima itu ? Think about it !
Comments
Post a Comment