Pembaruan pendidikan ?

Kurikulum pendidikan adalah sistem ajaran yang tiap tahunnya selalu ganti –ganti, namun kajiannya selalu sama, apalagi soal sejarah, padahal jika dilihat dunia tidak stagnan pada satu sisi cerita yang itu – itu aja, okey memang amat sangat butuh biaya besar dan program yang bener – bener terkonsep secara matang dalam pelaksanaan merekonstruksi ulang bahan ajaran yang sudah membudaya dan mengakar daging, maka jika benar apa yang ditulis sejarah adalah apa yang ditulis oleh para pemenang berarti apa yang kita baca selama ini adalah produk dari segala macam fakta yang tidak adil .

  Memang seperti apa yang dikatakan Pram, bahwa kita harus selalu berpihak dan bersikap maka selain buku dan ajaran yang monoton ditawarkan sekolah – sekolah berarti harus ada tambahan, atau seri pelengkap sebagai acuan perbandingan .

  Solusi pertama, kewajiban para pendidik untuk selalu memperbarui khazanah ilmu pengetahuannya soal dunia kemudian mentrasfer ulang apa yang mereka tahu lalu merenungkan sekaligus mendiskusikan semuanya dengan peserta didik .

  Yah kita bakal tabrakan sama sesuatu yang sifatnya manusiawi bahwa guru – guru sibuk untuk melakukan itu but itu bagian dari pekerjaan mereka kan ? so go to hell ( ehh naon kadon nitah paeh ), maksud saya yah lakuin lah, jangan tidak peduli dengan terang - terangan kadang mereka cenderung jadi sekumpulan orang yang persis orang – orang yang ada di parlemen, murni pragmatis .

  Tapi jangan lupa kata George Orwell “ Ketika kebohongan atau merasa tidak peduli lagi pada apapun sudah menjadi budaya maka berkata jujur dan peduli terhadapa apapun adalah tindakan revolusioner “ see, hebat banget ini pemikiran .

  Artinya kalo benar kita peduli sama generasi penerus berarti mau gak mau kita kudu Do something, nah selain pengajar atau beberapa dari kita yang sudah menikah dan menjadi seorang pengajar dirumah untuk anak – anak kita sendiri ( kalo yang udah nikah ), yang wajib ikut terlibat yah pemerintah .

  Kenapa pemerintah ? karena mereka punya biaya besar untuk menyuplai sumber bacaan, dengan memangkas sebesar – besarnya biaya yang bersangkut paut dengan buku dan percetakan .

  Udah waktunya mental pengkapitalisasian produk – produk kaya gini di berhentikan, lihat Malaysia selain pajak yang dipangkas hingga seminim mungkin mereka bahkan melakukan subsidi besar – besaran buat buku atau sumber bacaan .

  Setelah itu sosialisasi tentang pentingnya baca buku, dari kota hingga pelosok dengan agenda yang segede – gedenya biar semua orang kebagian maka kudu dilakuin .

  Gak usah ngomongin soal pinter atau enggak lah, kita ngomongin kewajiban dan hak kita untuk serba tahu biar gak gampang dibodohin itu doang landasan prinsipilnya .

  Bahkan harusnya pemerintah mewajibkan 1 hingga 2 buku untuk dibaca dan dikaji pendidik tiap bulannya agar wawasan mereka terus diperbarui jadi biar terus aktual dengan realitas mereka hari ini .

  Dan salah satu buku yang menurut saya pribadi cocok untuk dibaca pengajar dan yang diajar adalah buku karya Joestein gaarder dunia sophie sama sejarah dunia bagi pembaca mudanya ernest h. gombrich , kita bisa aja sih skip bagian dunia sophie karena itu buku filsafat, kita bisa ganti sama pengkajian novel Laskar pelangi, dan focus sama satu anak yang namanya lintang, saya percaya diri bahwa siapapun yang baca buku laskar pelangi dan paham betul siapa lintang gak mungkin tidak terstimulasi untuk melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan lintang , apa itu banyak baca buku !
So penting baca buku, penting … supaya kita lebih arif koswara eh arif dan bijaksana , itu doang .

Comments

Popular posts from this blog

"Pemrograman sebagai Filsafat Bahasa Tingkat Tinggi: Perspektif Seorang Lulusan Sastra Inggris yang Terjun ke Dunia Teknologi"

Komputasi, Lingustik, dan Dasein ala Heidegger

Terbentur, terbentur kemudian terbentuk: the experiences of daily activites at UKRI