Racun Tikus dan Obat Nyamuk

Ini bukan puisi ini murni satu hal yang saya pertanyakan hingga saat ini sejak SMA dulu, sebagai seorang Neuorotic atau orang yang punya kecenderungan selalu penasaran pada apapun, satu hal yang begitu merangsang kekritisan saya ini perlu diselesaikan, even sekalipun saya gak dapat hasil apa – apa dari apa yang saya tulis, setidaknya sudah saya curahkan dan bagikan dalam satu tulisan .

  Gini, apa itu kata ? menurut hemat saya kata adalah susunan atau deretan suatu huruf, tujuan dari diharuskannya sesuatu yang bergemul diperasaan kita menjadi sebuah kata adalah sebagai manifestasi atau gambaran atau bentuk dari satu visi yang kita lihat pada satu objek yang ingin kita namai, dengan kata lain identifikasi dari satu identitas entitasnya.

  Nah, dan jika saya kutip apa yang dikatakan Galileo galilei filsuf dan saintis italia yang mengemukakan dirinya sendiri sebagai pendukung dari apa yang dikatakan nicholas Copernicus bahwa sebenarnya bumilah yang mengelilingi matahari atau saat ini kita biasa sebut heliosentris, beliau mengatakan begini “ Ukur satu benda yang bisa diukur dan buatlah ukuran untuk satu benda yang tidak dapat diukur supaya kita dapat ukurannya “, koherensi, relevansi dan korelasinya dengan apa yang dikatakan beliau dengan satu judul tulisan saya ini adalah selain mencari tahu tujuan dari apa perbedaan yang paling mencolok dari kata Obat untuk nyamuk dan Racun untuk Tikus, in the other hand, kita semua tahu bahwa fungsinya sama, membunuh mereka, itu adalah juga sebagai pengindentifikasian satu objek.

  Saya jadi inget kejadian waktu SMA dulu, Rizky temen saya ditengah pelajaran entah pelajaran apa saya lupa lagi karena kita sebenarnya sekolah yang basis kekhususannya soal kempetensi kita di bidang seni, jadi saya bener – bener gak tahu sama sekali .
  Dia bilang gini “ emang nyamuk sakit apa ya ? dikasih obat “ dengan tampangnya yang polos penuh tanda tanya, nah temen sebangku saya salma berbisik ke saya, dia bilang “ ih, tolol orang teh “ sambil geleng – geleng kepala .

  Saya mahfum sih dengan reaksi salma saat itu, dia tak habis pikir dengan pertanyaan polos risky yang menurut anggapan salma adalah pertanyaan bodoh yang benar – benar gak perlu ditanyain.
tapi di sisi lain, saya juga amat sangat mengerti kekritisan risky soal Obat nyamuk, karena mungkin saat itu risky sedang menjadi seorang filsuf seperti sokrates yang teriak – teriak ditengah pasar bertanya pada kerumunan orang tentang apa itu arti hidup, meskipun mungkin risky tak ada cita – cita untuk jadi seorang filsuf, ( obviously dia itu drummer ) tapi baginya ada yang salah dengan kata Obat itu sendiri .

  Dan yah, saya sependapat dengan risky, bahwa benar juga kenapa satu kata yang berbeda namun memiliki fungsi yang sama itu harus dibedakan.

  Lalu saya berpikir apa murni ada pergeseran makna, penggolongan makna, perbedaan makna atau murni soal kepantasan dan ketidakpantasan belaka ? karena menurut saya sebagai seorang nihilis yang neuorotic, kepantasan dan nilai – nilai makna itu bukanlah satu hal yang penting dan objektif kenapa ?
  Karena semua nilai yang sifatnya objektip itu adalah satu konsensus umum atau nilai – nilai subjektip yang disepakati bersama kemudian dibentuk sebagai satu acuan atau kiblat dari nilai utuh yang akan diamini masyarakat .

  Dan seperti yang dikatakan Nietzche di buku Thus Spoke Zarathustra, atau demikianlah Zarasthustra berkata, bahwa tidak ada yang namanya fakta dan objektipitas karena semuanya serba interpretasi belaka, semuanya soal perdebatan selera .

  Maka, kenapa harus dibuat beda antara satu kata yang memiliki fungsi yang sama yaitu untuk membunuh tikus dan nyamuk menjadi Obat untuk nyamuk dan Racun untuk tikus ? karena memang benar kata risky kemudian, tentang  “ memang nyamuk sakit apa sampai harus – harus dikasih obat “, dan tikus kenapa dikasih racun kalo gak menyebabkan penyakit kaya nyamuk ?

  Dan kesimpulannya saya gak dapet kesimpulan apapun, justru saya jadi balik nanya ke kalian kenapa yah, racun untuk nyamuk itu disebut Obat dan Racun untuk tikus disebut Racun, kenapa ya ?

Comments

Popular posts from this blog

"Pemrograman sebagai Filsafat Bahasa Tingkat Tinggi: Perspektif Seorang Lulusan Sastra Inggris yang Terjun ke Dunia Teknologi"

Komputasi, Lingustik, dan Dasein ala Heidegger

Terbentur, terbentur kemudian terbentuk: the experiences of daily activites at UKRI