Think about Noel Gallagher

Kontrakditif adalah suatu kata yang saling berlawanan dalam satu kalimat, ambievaliensi adalah perasaan bertentangan yang timbul secara bersamaan pada satu kejadian.

            So here we are, kenapa saya begitu kagum pada penulisan lirik noel Gallagher  di karenakan dia secara terang-terangan dan terbuka mengatakan bahwa “ Aku tidak pernah mau membagi perspektif apapun tentang apa yang ku tulis” bahkan dia pernah mengatakan bahwa persetan dengan semua asumsi yang ada, karena kebanggan yang paling menyenangkan adalah ketika banyak orang menyanyikan lirik2 yang tak beraturan itu di lapangan dengan lantang tanpa repot2 memikirkan maknanya .

            Statemen-statemen nya itu khas seorang seniman idealis, mengutip pram ketika ditanyai soal karya mana yang paling berkesan buatnya, dia mengatakan bahwa “ dia tidak memihak pada semua karya yang dia pernah cipta, karena baginya semuanya adalah anak rohaninya” tiap karya memiliki nyawa maka biar nasib yang membawa tiap karya ke arah mana membawanya.

            Dan dengan pernyataan-pernyataan noel yang mirip dengan para seniman-seniman itulah, saya begitu menyenangi dan memikirkan dalam-dalam karya-karya noel Gallagher, yang penuh dengan kontradiksi, tidak beraturan namun memiliki makna filosofis yang dalam, banyak metafora, personifikasi juga lugas namun implisit, di lain sisi lirik-liriknya argumentable

            Jika menyadur apa yang dikatakan Sigmund freud tentang karya seni, menurutnya karya seni adalah bentuk abstraksi imajiner yang direduksi menjadi suatu karya terhadap tanggapan orang pada realitasnya, yang jadi pertanyaan lantas apa motif dasar kemudian banyak orang yang sering kali merasa relate dengan karya seni yang bahkan valuenya itu abstrak ?

            Jawaban freud adalah karena karya seni yang mereka lihat atau dengar kemudian dinikmati mereka sesuai dengan aspirasi-aspirasi mereka yang tak mampu menuangkan keresahan atau perasaan-perasaannya dalam bentuk yang dicipta para seniman.

            Maka pantas jika banyak orang yang bahkan merasa relate dengan karya-karya yang bahkan menurut kebanyakan orang yang awam soal seni dianggap tidak bernilai merasa terhubung dengan karya seni.

            Sekalipun kita tahu bahwa Premis, asumsi atau argument bisa dibangun atas dasar-dasar pengumpulan fakta dan teori-teori yang menguatkan juga mendukung opini-opini kita terhadap karya seni.

            Setiap kita mencipta satu rasionalisasi atau justifikasi atas apa yang kita rasa pada suatu karya agar relate dengan perasaan kita saat ini, karena pada dasarnya karya seni adalah karya yang menurut saya haram untuk dipatri maknanya secara objektif, kaum penghamba makna fundamental lagi tolol lah yang sering merasa gusar dengan nilai-nilai idealistis dan subjektif terhadap karya seni.

            Karena karya seni tidak bersifat obejktif maka bebaslah interpretasi melayang kemana-mana karena fungsi interpretasi adalah substansi yang paling radikal bagi subjek terhadap objek, maka interpretasi tidak boleh diperkosa oleh satu consensus umum, karena memang demikianlah yang seharusnya dilakukan para penginterpretasi untuk menginterpretasi karya seni.

Comments

Popular posts from this blog

"Pemrograman sebagai Filsafat Bahasa Tingkat Tinggi: Perspektif Seorang Lulusan Sastra Inggris yang Terjun ke Dunia Teknologi"

Komputasi, Lingustik, dan Dasein ala Heidegger

Terbentur, terbentur kemudian terbentuk: the experiences of daily activites at UKRI