Edgar Allan Poe Part 2

Edgar Allan Poe, Sastrawan Besar yang karyanya sempat diremehkan oleh orang – orang di amerika sana, karna pada masanya kala itu gerakan sastra sedang dimabuk Romantisme, namun konsistensi, visi dan apa yang dia percayai ternyata membuah kan hasil, “apa yang tidak bisa membunuh ku membuat ku kuat” nietzche mengatakan itu, dan quote itu amat sangat koheren dengan apa yang dilakukan Poe, Kumpulan karya dari allan Poe yang saya baca dalam satu buku berjudul Black Cat and The Other Stories mengatakan itu, kuat sekali apa yang ditulis oleh beliau, menilik dari karya yang paling awal dari bab pertama berjudul Ligea, Penuh hal – hal berbau supranatural saya sempat berfikir bahwa apakah di luar negri sana hal – hal seperti ini adalah hal menarik ?
           karena jika mengingat dalam kebudayaan kita masyrakat timur itu seolah memang lebih mudah percaya terhadap hal – hal yang sifatnya mistis dan metafisis, dan sedangkan orang – orang barat sana lebih selalu berorientasi pada hal – hal yang sifatnya ilmiah, atau penulusuran secara keilmuan mengenai hal –hal yang bersifat metafisis/rasional.

           Dalam kisah ligea Poe menuliskan kisah patah hatinya seorang laki – laki yang ditinggal pasangannya ketika sang lelaki berusaha move on namun tanpa melangkah untuk merelakan sang mantan istri, ligea (sang istri) kembali dalam sosok istri baru yang sekarat dan berangsur mati.
           Roh atau hantu yang menjasad, wow … sastrawan yang cukup berani bercerita hal – hal seperti ini, melukiskan semua kegetiran yang muram dalam gambar – gambar semua perasaan terror yang ia rasakan .

           Dan membaca Poe seolah membaca Khazanah wawasan isi kepalanya, seolah ia tahu banyak hal tentang kebudayaan ketimuran. Luar biasa . apalagi kalo baca cerita perbincangan dengan mumi soal sarkofagus, soal pengawaetan mayat hingga menghitung gerhana secara pasti bahkan saya sempat berfikir bahwa mungkin para konspirator zionis itu mencari tahu situs saros itu dengan membaca apa yang ditulis Poe. Nobody Knows right ?

           Yah Poe itu penuh Metafora, Seolah pribadinya itu seorang pengidap penyakit Bipolar Disorder penuh ambiguitas, misterius, penuh teka teki, cerdas dan pelopor .

           Kemudian di kisah yang kedua ada Cerita yang paling amat sangat fenomenal karena konon cerita ini adalah symbol, The Fall Of House Of usher atau runtuhnya griya Usher , yah Frederick usher itu yang simbologi dari Poe Sendiri, yah sang adik dari Frederick adalah adik sepupu dari Poe sendiri, kerisauan dan kegelisahan yang ditakutkan oleh Usher adalah juga yang dirasakan Poe tentang hidup yang sendiri .
yang mungkin lama – lama akan menghilang tanpa jejak, kaya cerita itu begitu kental soal kesendirian, terror ketidaktahuan atas kematian dan gaya – gaya yang serba nihilis, but anyway karya ini juga cukup berkesan buat saya karena sisi gelapnya, meskipun sebenarnya semua yang ditulis itu gelap hehehehe.. 
tapi yang menarik konon poe itu pernah bikin puisi atau sajak tentang kematian dan disadur dari alquran judulnya al Aaraaf, namun para pengamat sastra dulu perhatian pada karya ini begitu sedikit atau bahkan kurang, karena terlalu tidak jelas dan sumber referensinya dikatakan dari sesuatu yang tidak jelas pula .
well itulah mereka .


           dan beberapa karya dalam kumpulan cerpen ini, poe sendiri bercerita banyak sekali menurut pandangannya tentang takdir kaya William Wilson, Topeng Maut Merah.
ada juga yang berbicara tentang Skizofrenia/bipolar disorder/psychotraumatic/OCD dll pokoknya semua hal – hal yang gila kaya jantung yang mengaduh , The Black Cat ( saya suka nama kucingnya Pluto), Potret Oval, Penguburan Hidup – hidup dan tong amontillado .

           Pesan saya, beli dan baca larya Poe itu sebanding dengan harganya, ada pengalaman lain saat pertama kali baca sastra klasik yang genrenya misteri dan terror, bener – bener terror heheheh .

Comments

Popular posts from this blog

"Pemrograman sebagai Filsafat Bahasa Tingkat Tinggi: Perspektif Seorang Lulusan Sastra Inggris yang Terjun ke Dunia Teknologi"

Komputasi, Lingustik, dan Dasein ala Heidegger

Terbentur, terbentur kemudian terbentuk: the experiences of daily activites at UKRI