“Mereformasi mindset dan merevolusi mental”

Keren abis tuh judul, aku sempat dibuat stress sendiri gara-gara temen-temen divisi snack setempat kerja bener-bener minta ampun egoisnya,mentalnya adalah mental balas dendam, yah katakanlah dalam bahasa sunda,”da manehna ge kitu,nya urang ge kitu weh” kalo mental seperti ini terus dipelihara,masalah tuh ga akan selesai – selesai, dan akan terus rendah sekali martabat kita, maka meskipun kita buruh,tetap kita harus jadi buruh unggul,buruh terpelajar,buruh berpendidikan, dan buruh yang berprinsip, contoh kasusnya kaya gini, masih soal istirahat, yang pagi akan selalu lebih lama dari pada istirahat yang siang,karena yang siang harus dibatasi sampai jam 5 sore, nah disini ada ketidak adilan, aku bingung mau bersikap, aku anak baru, gak bersikap aku dholim, tapi waktu aku sendiri coba ngobrolin ini sama Hannah,dia sendiri bilang “kamu udah ketularan paparan mental –mental mereka, makanya kamu makin hari makin mirip mereka” yah maksud Hannah pasti baik, dia menggugah aku, aku jadi egois seperti mereka,malas-malasan seperti mereka,perhitungan seperti mereka, tapi aku tak betah dengan situasi lingkungan kerja kaya gitu, kata Hannah lagi “ yah justru kamu yang harus bikin propo,atau jadi pelopor” dia ngutip kata propo atau propaganda nya itu dari novel mockingjay, lanjutnya “bikin konspirasi, nanem ide konsep moral baik, soal kerja sama,disiplinitas dan tenggang rasa” bener juga,padahal dulu sekali aku sering melakukan eksos (eksperimen sosial) tapi sekarang jadi jarang, yah mungkin Hannah bener, aku ketularan spectrum mereka yang cenderung masa bodoh, tapi, kemudian lihat apa yang terjadi waktu aku mulai langkah awal dari sebuah revolusi, aku doktrin orang yang paling senior dulu, yah yang perempuan aku edukasi dia soal untungnya kerja sama, aku bilang “kita gak boleh kaya divisi lain, egois, saling andelin, bahkan minim inisiatif” cetusku meyakinkan si teh eneng, “kalo kerja ya kerja semuanya,kalo engga ya engga semuanya, harus rata, biar ringan sama dijinjing berat sama dipikul” kataku menyambung kemudian, aku doktrin juga soal keadilan masalah istirahat “kalo yang pagi pengen istirahat lama dan tetep pulang tepat jam 5 kita harus istirahat jam 2 lebih 15 menit kembali 3.30 sore juga ga apa-apa, jadi mereka juga bisa istirahat lama dari jam 3.40 sampai jam 5 sore, pas!!! Adilkan” seruku berapi-apai memaparkan keadilan itung-itungan waktu, “maka kita jadi divisi yang cerdas atas system kerja ditempat kerja, kita jadi orang-orang yang disiplin”kataku mengakiri orasi yang retoris itu ke seniorku ini,.

           aku selalu percaya bahwa ini harus terus dipropagandakan,dilakukan secara berkala, dampak baiknya dari menerapkan disiplinitas pribadi akan menimbulkan disiplinitas kelompok,kemudian ke organisasi,institusi dan menuju nasional, artinya kepribadian baik yang dilakukan secara kolektif dan kontinu mustahil untuk tidak berdampak apapun, minimalnya divisi snack jadi orang-orang yang mampu menghargai dirinya sendiri,ruang dan waktu,lebih – lebih justu point kesadaran ini akan membuat kita jadi pribadi-pribadi unggul yang lebih amat sangat jadi manusia, maka berhasil lah eksos ku, ketika kulihat setelah dua hari ini, mereka atau kami begitu disiplin, datang,kerja,istirahat dan pulang, datang jam 08.00 dan pulang tepat 17.00, indah sekali ketika terapan disiplin itu dilakuakan secara suka rela, tanpa merasa dijajah atau dimonopoli kebebasannya, dan ini yang disebut tenggang rasa,ketika itung-itungan dan punya pemahaman yang sama kita ga akan egois justru jadi kompak! maka lihat ketika mindset berhasil direformasi dan mental berhasil direvolusi, perubahan besar selalu bisa terjadi!!! Bukankah sudah pada fitrahnya manusia cenderung selalu kembali pada yang baik-baik ? mengedukasi untuk mengembalikan keutuhan manusia yang perlahan menjadi binatang karena kekecewaan terhadap kondisi lingkungan pekerjaan selalu bisa dilakukan dengan cara yang persuasif bukan represif, jadi aku fikir salah besar bahwa manusia adalah homo homini lupus ( serigala yang saling terkam) kata hobbes, yah jika mereka menolak didikan dan tidak ada yang mau mengedukasi maka itu bakal terjadi tapi dengan prinsip ubermenschnya Frederick nietzche aku akan mengartikan prinsip itu jadi “do whatever you want” di sisi yang baik, yaitu selalu menjunjung tinggi apa yang dikatakan pramoedya ananta toer, memuliakan manusianya itu sendiri adalah kewajiban dari tugas manusianya itu sendiri.
 

Comments

Popular posts from this blog

Sekolah Pranikah Salman - Batch 18

Terbentur, terbentur kemudian terbentuk: the experiences of daily activites at UKRI

Komputasi, Lingustik, dan Dasein ala Heidegger