“Mines dan tanggung jawab personal “
Kerugian satu juta lebih karena ketololan ketololan tiap individu-individunya,wow tiap stockan dari tiap divisi mengalami kebocoran,maka anggaran dana untuk menutupi kebocoran bulan di tempat kerja yang biasanya hanya sepuluh ribu sampai lima belas ribu jadi meledak lima puluh persen, berarti naik jadi tiga puluh ribu lebih,kemudian para petinggi ngumpulkan kami untuk berengup mencari keputusan yang katanya solusinya sudah ada antara pembayaran dengan sistem pukul rata atau klektif atau ganti cost billnya per divisi,well tapi tetap saja kebanyakan dari suara cenderung pragmatis atau konservatif memandang masalah ini cari yang paling aman agar tak rugi maka aturannya akan tetap longgar,mereka masih bisa bebas sebebas burung terbang dilangit luas makan udara yang kotor karena polusi kendaraan,limbah asap pabrik dan bau mulut manusia.
Ada sebuah alasan seperti ini “masa kerja ditempat makan kita gak bisa makan” kemudian di jawab “yah kalo mines satu kilo dua kilo mah wajarlah” kemudian ada alasan seperti ini “kita kasian ke temen deket yang pengen makan” atau “gajih kita kecil dan perusahaan licik maka kita harus ngalicikan perusahaan dengan makan barang dagangan” atau ada jargon “jangan terlalu banyak denger apa kata orang,makan aja” oke kita bahas satu-satu dari tiap argumen dan sanggahan-sanggahan mereka, pertama soal “masa kerja ditempat kerja gak bisa makan” ini adalah argumen tolol dari orang miskin,urusan makan itu urusan mulut sama perut kontrolna nya dinu kesadaran bahwa banyak yang bukan hak kita yang ga boleh dimakan,karena jika benar itu bukan hak kita bayangkan setiap apa yang kita makan adalah haram semua,bukan sok suci atau sok agamawan tapi benar-benarlah kita termasuk orang-orang nu lupa diri,tamak,rakus,dan koruptif bayangkan jika apa yang dimakan atau dibungkus kerumah dimakan anak istri bagi yang sudah berumah tangga berarti anak istri dikasih barang haram dong ? atau yang tak berumah tangga mereka makan-makanan haram pula, dikatakan haram bukan karena bernajis tapi karena punya dampak merugikan yang cukup besar bagi orang yang tak ikut-ikutan membuat makanannya jadi haram.
kemudian penjelasan atas sanggahan yang mengatakan bahwa satu sampai dua kilo itu wajar adalah tolol sekecil apapun kerugian atau meskipun suatu kerugian itu hanya sebesar biji jagung adalah bukan sebuah kewajaran jika dilakukan dengan sadar itu murni human error, rorsarch salah satu karakter di film watchmen pernah mengutip apa yang dikatakan filsuf besar yang entah siapa aku lupa lagi namanya dia bilang “not compromise,even if the Armageddon so close above us” atau istilah latinnya “fiat justicia ruat coloum” tegak kan lah kebenaran walau langit akan runtuh,jadi gak boleh ada sama sekali yang namanya kompromi jka sudah ada sangkut pautnya dengan sebuah mudorot dalam islam atau kejahatan kejahatan kecil dalam istilah criminal karena yang namanya rugi ya rugi gak ada artian lain lagi apa lagi jika kerugian yang dilakukan segelintir orang berdampak pada orang-orang lain yang jamak yang tidak terlibat.
argument lain adalah “kita ga tega nolak temen yang pengen makan” dengan solusi cerdas dari orang tolol dengan mengatakan “patungan aja sepuluh ribu beli satu karung untuk makan” well cukup untuk satu bulan dengan trafik permintaan jatah yang waktunya random dalam satu harinya itu? Kan engga,dan ketika argument ga tega itu adalah sikap pengecut dari orang-orang yang tak mampu bersikap,kita balik perspektifnya apa mereka yang makan tanpa tau ada aturan mines dan tidak yang dibebankan pada perdivisi nantinya akan tidak tega tega juga melakukan atau meminta jatah pada kita ? aku yakin mereka tidak mungkin tidak tega,bahkan cenderung tak peduli yang penting bisa makan! Dan solusi patungan itu sendiri gak menimbulkan efek jera karena malah terkesan seperti menghalalkan budaya buruk itu dengan cara yang lebih sopan,itu aja gak lebih,tetap salah,karena selalu ada orang-orang nu kurang rasa tanggung jawabnya pada apa yang memang sudah diamanahkan.
Selanjutnya ada argument soal karena kita tahu busuknya perusahaan yang memeras tenaga kita dengan harga yang murah mereka akhirnya jadi berontak dengan tindakan pengecut,merugikan perusahaan, yang sebenarnya seperti pisau bermata dua,apa itu “kita makan saja stokannya”well cukup adil tapi jika kerugian diakhir bulan jadi membeludak kita-kita sendiri yang rugi,jadi selain perusahaan meres sumber daya tenaga kita kita juga malah balik gajih perusahaan karena ketololan dan cara berfikir yang sempit oleh kita sendiri,ini jelas salah benar-benar salah pisan,dan selalu why? Orang-orang banyak mencari solusi dengan cara yang amat sangat praktis dan bodoh tapi yah begitulah kehidupan dialektis bray.
Kemudian ada sebuah sikap yang membudaya untuk tidak peduli terhadap kejadian atau macam-macam kerugian apapun dengan hanya mengatakan “tong loba dedengean” atau dalam bahasa Indonesia jangan terlalu banyak denger apapun kata orang, ini jelas cara berfikir dan bersikap yang sangat egois,amat sangat egois,
Maka ini,ini lah alasan kenapa aku enggan sekali bersosialisasi dengan mereka,tujuannya adalah bahwa agar cara berfikir dan bersikap ku tetap rasional,tetap obejektif,jujur juga adil,bukankah pramoedya ananta toer bilang bahwa “justru karena terpelajar kita harus bersikap adil sejak dalam fikiran apalagi dalam perbuatan” aku tidak mau setiap keputusan,sikap,dan cara berfikirku dipengaruhi perasaan-perasaan sentimental,jadi amat sangat subjektif, maka dari itu aku menolak kebersamaan apalagi jika kebersamaan itu adalah tameng agar kita kebal hokum, mengatas namakan persahabatan melakukan ketololan secara kolektif atau berjamaah seakan menginsafi diri bahwa wajar melakukan itu karena kami bersahabat, tapi justru kadang sikap dan cara berfikir ini muncul karena suatu rasa akan ketakutan,ketakutan jika tidak kompak dan tidak bareng-bareng mereka akan dijauhi,diacuhkan dan tidak dianggap,yah karena mereka kenal dan tahu persis provokator atau figure idol mereka yang jelas salah ini adalah sahabatnya itu,maka mereka takut punya fikiran sendiri dan bersikap atas dasar prinsip-prinsip kebenaran yang selalu benar dan salah selalu salah,orang-orang seperti ini akan kesulitan jika diberikan tanggung jawab penuh karena kalo pun nanti mereka setuju terhadap satu pengambilan sebuah keputusan,hasilnya adalah karena mental kolektivis komunalnya,beranibersuara karena bersama tapi jadi bisu karena sendirian,maka orang-orang seperti ini cenderung rebut jika diajak diskusi atau menggerutu dibelakang jika sudah ada keputusan final,padahal yah mereka-mereka sendiri yang mensetujui ini, maka benar apa yang dikatakan Hannah arendt bahwa justru para kaum revolusioner adalah orang paling konservatif sehari setelah reformasi/revolusi itu terjadi,karena mereka seakan kalut atau linglung dan berkata “kumaha deui nya” ohh well… sedang aku berani jujur,bicara terbuka dan bersikap seadil-adilnya karena aku tidak merasa dekat dengan siapapun maka aku berani bersikap,ini keuntungan menyendiri,maka aku jelas memilih bahwa kerugian lebih baik ditanggung perdivisi bagi orang-orang dapur,dan cost bil ditanggung pada mereka orang-orang depan yang jelas salah input atau order menu,akan terjadi sebuah akulturasi yang positif,kenapa karena setiap individu akan dimintai tanggung jawabnya masing-masing mereka akan lebih apik dan teliti soal tanggung jawabnya sendiri.
dan aku selalu percaya tiap orang atau tiap kepala selalu paham atas mekanisme memanipulasi data atau meminimalisir mines stok barang dagangan karena mereka terlibat tiap hari dengan pekerjaan dan tanggung jawabnya sendiri, mereka yang memilih pukul rata adalah orang-orang yang jelas ketakutakan dan ketar ketir,karena tahu mereka tidak mampu bertanggung jawab,mereka bilang tetap pasti akan mines pake aturan apapun,maka ini murni tingkat kesadaran,kecerdasan dan kedewasaan yang jelas murni tidak ada pada mereka dan memang adalah jawabannya kita bisa akhiri diskusinya saja jika memang kita berada ditengah-tengah massa yang bodoh.
Satu contoh saja aku dengan segaja memotong sisi luar roti yang terlalu besar untuk dimasukan ke pemanggangan supaya pas masuk disana,maka harus dipotong dan sisa potongan yang utuh dan baik bisa dikomsumsi maka ini yang kemudian aku beri ke divisi makanan berat agar kemudian nanti aku bisa dapat setengah bowl kecil nasi goreng,ini yang dimaksud sadar dan tahu mekanisme meminimalisir mines atau sarana juga wadah politik bilateral agar bisa makan.
Kalo ada sanggahan misalnya “ya sudah aku mau ambil chiken wing saja” ohh engga seperti itu barang yang mines adalah barang yang umum,maka tukar-tukaran itu yah juga harus pake barang yang umum juga,misalnya sepuluh keeping kerupuk udang diganti dengan satu pieces mendoan,itu adil dan fair gak boleh ke barang yang bukan umumnya mines,sering sekali bahkan aku sendiri pun mengakali mines di soal mendoan atau onion ring,satu porsinya adalah lima belas dan enam belas maka kadang tak full aku platting itu menu dengan sesuai aturan s.o.p,kadang aku ambil dua atau satu untuk dimakan sendiri atau sekedar beramah tamah ngasih Cuma-Cuma, karena naïf sekali jika punya pemikiran bahwa pengunjung tahu persis isi satu porsinya,itu tidak mungkin,orang kaya itu cenderung masa bodoh soal itu,dan karena bodoh mereka tidak peduli yang penting beli dan makan,makanya perut mereka buncit-buncit karena bodoh dan orang-orang bodoh cenderung buncit-buncit hehehe… maaf bukan sarkasme…
Intinnya bahwa keputusan harus diambil alih oleh divisi karena jika kerugian dipukul rata tidak akan menimbulkan efek jera dan peningkatan rasa tanggung jawab terhadap apa yang dikerjakannya tidak akan meningkat,terlebih mereka orang-orang yang jujur yang memilih untuk tidak pernah minta makan ke belakang dan makan makanan sisa pengungjung tidak ikut terlibat atau merasa dirugikan karena kesalahan segelintir orang.
Meski hanya tiga puluh ribu, tetap saja itu uang,jika kompak soal mabuk-mabukan,ngeseks,atau kompak melakukan penggarongan secara berjamaah kenapa kita gak bisa kompak untuk menyelamatkan tiga puluh ribu uang kita? Gajih kita kecil, dan tiga puluh ribu untuk orang miskin seperti aku amat sangat meaningfull,okeh tarohlah jika dua puluh lima hari dikali delapan puluh lima ribu berarti sekitar dua koma satu atau dua koma dua juta lebih ditambah biaya general cleaning dan grooming jika dalam sebulan uang kita malah terpangkas tiga puluh rbu hanya untuk itu, itu amat sangat disayangkan amat banyak manfaatnya bagi mereka yang berumah tangga,bisa untuk jajan ananknya,atau mereka yang pemabuk bisa berjamaah patungan mabuk-mabukan,atau mereka yang perokok bisa beli satu setengah bungkus rokok,atau mereka yang aktif akses situs porno,instagram dan coc bisa dialihkan uangnya pada kuota atau pada pembelian buku mini biologi atau kimia untuk ku, jadi jangan lihat nominalnya karena “kecillah dibandingkan dengan penghasilan mah”, tapi justru lihat ada sebuah kerugian bahwa kita justru jadi balik bayar ke perusahaan padahal kita sudah diperas dan dihargai dengan amat sangat murah maka jelas dibutuhkan sikap pemimpin yang harus otoriter soal ini, dan sometimes kata a herman kediktatoran itu diperlukan untuk menghadapi buruh-buruh bermental tahu pong dan tempe mendoan,dan sekaranglah saatnya.
maka kewajiban pada setiap mereka yang mampu berfikir dan mengambil hikmah dari kejadian ini untuk menyampaikan pada beberapa orang yang sulit berfikir atau dong-dong agar mengerti bahwa tanggung jawab dan hidup benar adalah yah untuk kita – kita juga bukan buat orang lain, please people think smart for of your whole life. Adios!!!
Ada sebuah alasan seperti ini “masa kerja ditempat makan kita gak bisa makan” kemudian di jawab “yah kalo mines satu kilo dua kilo mah wajarlah” kemudian ada alasan seperti ini “kita kasian ke temen deket yang pengen makan” atau “gajih kita kecil dan perusahaan licik maka kita harus ngalicikan perusahaan dengan makan barang dagangan” atau ada jargon “jangan terlalu banyak denger apa kata orang,makan aja” oke kita bahas satu-satu dari tiap argumen dan sanggahan-sanggahan mereka, pertama soal “masa kerja ditempat kerja gak bisa makan” ini adalah argumen tolol dari orang miskin,urusan makan itu urusan mulut sama perut kontrolna nya dinu kesadaran bahwa banyak yang bukan hak kita yang ga boleh dimakan,karena jika benar itu bukan hak kita bayangkan setiap apa yang kita makan adalah haram semua,bukan sok suci atau sok agamawan tapi benar-benarlah kita termasuk orang-orang nu lupa diri,tamak,rakus,dan koruptif bayangkan jika apa yang dimakan atau dibungkus kerumah dimakan anak istri bagi yang sudah berumah tangga berarti anak istri dikasih barang haram dong ? atau yang tak berumah tangga mereka makan-makanan haram pula, dikatakan haram bukan karena bernajis tapi karena punya dampak merugikan yang cukup besar bagi orang yang tak ikut-ikutan membuat makanannya jadi haram.
kemudian penjelasan atas sanggahan yang mengatakan bahwa satu sampai dua kilo itu wajar adalah tolol sekecil apapun kerugian atau meskipun suatu kerugian itu hanya sebesar biji jagung adalah bukan sebuah kewajaran jika dilakukan dengan sadar itu murni human error, rorsarch salah satu karakter di film watchmen pernah mengutip apa yang dikatakan filsuf besar yang entah siapa aku lupa lagi namanya dia bilang “not compromise,even if the Armageddon so close above us” atau istilah latinnya “fiat justicia ruat coloum” tegak kan lah kebenaran walau langit akan runtuh,jadi gak boleh ada sama sekali yang namanya kompromi jka sudah ada sangkut pautnya dengan sebuah mudorot dalam islam atau kejahatan kejahatan kecil dalam istilah criminal karena yang namanya rugi ya rugi gak ada artian lain lagi apa lagi jika kerugian yang dilakukan segelintir orang berdampak pada orang-orang lain yang jamak yang tidak terlibat.
argument lain adalah “kita ga tega nolak temen yang pengen makan” dengan solusi cerdas dari orang tolol dengan mengatakan “patungan aja sepuluh ribu beli satu karung untuk makan” well cukup untuk satu bulan dengan trafik permintaan jatah yang waktunya random dalam satu harinya itu? Kan engga,dan ketika argument ga tega itu adalah sikap pengecut dari orang-orang yang tak mampu bersikap,kita balik perspektifnya apa mereka yang makan tanpa tau ada aturan mines dan tidak yang dibebankan pada perdivisi nantinya akan tidak tega tega juga melakukan atau meminta jatah pada kita ? aku yakin mereka tidak mungkin tidak tega,bahkan cenderung tak peduli yang penting bisa makan! Dan solusi patungan itu sendiri gak menimbulkan efek jera karena malah terkesan seperti menghalalkan budaya buruk itu dengan cara yang lebih sopan,itu aja gak lebih,tetap salah,karena selalu ada orang-orang nu kurang rasa tanggung jawabnya pada apa yang memang sudah diamanahkan.
Selanjutnya ada argument soal karena kita tahu busuknya perusahaan yang memeras tenaga kita dengan harga yang murah mereka akhirnya jadi berontak dengan tindakan pengecut,merugikan perusahaan, yang sebenarnya seperti pisau bermata dua,apa itu “kita makan saja stokannya”well cukup adil tapi jika kerugian diakhir bulan jadi membeludak kita-kita sendiri yang rugi,jadi selain perusahaan meres sumber daya tenaga kita kita juga malah balik gajih perusahaan karena ketololan dan cara berfikir yang sempit oleh kita sendiri,ini jelas salah benar-benar salah pisan,dan selalu why? Orang-orang banyak mencari solusi dengan cara yang amat sangat praktis dan bodoh tapi yah begitulah kehidupan dialektis bray.
Kemudian ada sebuah sikap yang membudaya untuk tidak peduli terhadap kejadian atau macam-macam kerugian apapun dengan hanya mengatakan “tong loba dedengean” atau dalam bahasa Indonesia jangan terlalu banyak denger apapun kata orang, ini jelas cara berfikir dan bersikap yang sangat egois,amat sangat egois,
Maka ini,ini lah alasan kenapa aku enggan sekali bersosialisasi dengan mereka,tujuannya adalah bahwa agar cara berfikir dan bersikap ku tetap rasional,tetap obejektif,jujur juga adil,bukankah pramoedya ananta toer bilang bahwa “justru karena terpelajar kita harus bersikap adil sejak dalam fikiran apalagi dalam perbuatan” aku tidak mau setiap keputusan,sikap,dan cara berfikirku dipengaruhi perasaan-perasaan sentimental,jadi amat sangat subjektif, maka dari itu aku menolak kebersamaan apalagi jika kebersamaan itu adalah tameng agar kita kebal hokum, mengatas namakan persahabatan melakukan ketololan secara kolektif atau berjamaah seakan menginsafi diri bahwa wajar melakukan itu karena kami bersahabat, tapi justru kadang sikap dan cara berfikir ini muncul karena suatu rasa akan ketakutan,ketakutan jika tidak kompak dan tidak bareng-bareng mereka akan dijauhi,diacuhkan dan tidak dianggap,yah karena mereka kenal dan tahu persis provokator atau figure idol mereka yang jelas salah ini adalah sahabatnya itu,maka mereka takut punya fikiran sendiri dan bersikap atas dasar prinsip-prinsip kebenaran yang selalu benar dan salah selalu salah,orang-orang seperti ini akan kesulitan jika diberikan tanggung jawab penuh karena kalo pun nanti mereka setuju terhadap satu pengambilan sebuah keputusan,hasilnya adalah karena mental kolektivis komunalnya,beranibersuara karena bersama tapi jadi bisu karena sendirian,maka orang-orang seperti ini cenderung rebut jika diajak diskusi atau menggerutu dibelakang jika sudah ada keputusan final,padahal yah mereka-mereka sendiri yang mensetujui ini, maka benar apa yang dikatakan Hannah arendt bahwa justru para kaum revolusioner adalah orang paling konservatif sehari setelah reformasi/revolusi itu terjadi,karena mereka seakan kalut atau linglung dan berkata “kumaha deui nya” ohh well… sedang aku berani jujur,bicara terbuka dan bersikap seadil-adilnya karena aku tidak merasa dekat dengan siapapun maka aku berani bersikap,ini keuntungan menyendiri,maka aku jelas memilih bahwa kerugian lebih baik ditanggung perdivisi bagi orang-orang dapur,dan cost bil ditanggung pada mereka orang-orang depan yang jelas salah input atau order menu,akan terjadi sebuah akulturasi yang positif,kenapa karena setiap individu akan dimintai tanggung jawabnya masing-masing mereka akan lebih apik dan teliti soal tanggung jawabnya sendiri.
dan aku selalu percaya tiap orang atau tiap kepala selalu paham atas mekanisme memanipulasi data atau meminimalisir mines stok barang dagangan karena mereka terlibat tiap hari dengan pekerjaan dan tanggung jawabnya sendiri, mereka yang memilih pukul rata adalah orang-orang yang jelas ketakutakan dan ketar ketir,karena tahu mereka tidak mampu bertanggung jawab,mereka bilang tetap pasti akan mines pake aturan apapun,maka ini murni tingkat kesadaran,kecerdasan dan kedewasaan yang jelas murni tidak ada pada mereka dan memang adalah jawabannya kita bisa akhiri diskusinya saja jika memang kita berada ditengah-tengah massa yang bodoh.
Satu contoh saja aku dengan segaja memotong sisi luar roti yang terlalu besar untuk dimasukan ke pemanggangan supaya pas masuk disana,maka harus dipotong dan sisa potongan yang utuh dan baik bisa dikomsumsi maka ini yang kemudian aku beri ke divisi makanan berat agar kemudian nanti aku bisa dapat setengah bowl kecil nasi goreng,ini yang dimaksud sadar dan tahu mekanisme meminimalisir mines atau sarana juga wadah politik bilateral agar bisa makan.
Kalo ada sanggahan misalnya “ya sudah aku mau ambil chiken wing saja” ohh engga seperti itu barang yang mines adalah barang yang umum,maka tukar-tukaran itu yah juga harus pake barang yang umum juga,misalnya sepuluh keeping kerupuk udang diganti dengan satu pieces mendoan,itu adil dan fair gak boleh ke barang yang bukan umumnya mines,sering sekali bahkan aku sendiri pun mengakali mines di soal mendoan atau onion ring,satu porsinya adalah lima belas dan enam belas maka kadang tak full aku platting itu menu dengan sesuai aturan s.o.p,kadang aku ambil dua atau satu untuk dimakan sendiri atau sekedar beramah tamah ngasih Cuma-Cuma, karena naïf sekali jika punya pemikiran bahwa pengunjung tahu persis isi satu porsinya,itu tidak mungkin,orang kaya itu cenderung masa bodoh soal itu,dan karena bodoh mereka tidak peduli yang penting beli dan makan,makanya perut mereka buncit-buncit karena bodoh dan orang-orang bodoh cenderung buncit-buncit hehehe… maaf bukan sarkasme…
Intinnya bahwa keputusan harus diambil alih oleh divisi karena jika kerugian dipukul rata tidak akan menimbulkan efek jera dan peningkatan rasa tanggung jawab terhadap apa yang dikerjakannya tidak akan meningkat,terlebih mereka orang-orang yang jujur yang memilih untuk tidak pernah minta makan ke belakang dan makan makanan sisa pengungjung tidak ikut terlibat atau merasa dirugikan karena kesalahan segelintir orang.
Meski hanya tiga puluh ribu, tetap saja itu uang,jika kompak soal mabuk-mabukan,ngeseks,atau kompak melakukan penggarongan secara berjamaah kenapa kita gak bisa kompak untuk menyelamatkan tiga puluh ribu uang kita? Gajih kita kecil, dan tiga puluh ribu untuk orang miskin seperti aku amat sangat meaningfull,okeh tarohlah jika dua puluh lima hari dikali delapan puluh lima ribu berarti sekitar dua koma satu atau dua koma dua juta lebih ditambah biaya general cleaning dan grooming jika dalam sebulan uang kita malah terpangkas tiga puluh rbu hanya untuk itu, itu amat sangat disayangkan amat banyak manfaatnya bagi mereka yang berumah tangga,bisa untuk jajan ananknya,atau mereka yang pemabuk bisa berjamaah patungan mabuk-mabukan,atau mereka yang perokok bisa beli satu setengah bungkus rokok,atau mereka yang aktif akses situs porno,instagram dan coc bisa dialihkan uangnya pada kuota atau pada pembelian buku mini biologi atau kimia untuk ku, jadi jangan lihat nominalnya karena “kecillah dibandingkan dengan penghasilan mah”, tapi justru lihat ada sebuah kerugian bahwa kita justru jadi balik bayar ke perusahaan padahal kita sudah diperas dan dihargai dengan amat sangat murah maka jelas dibutuhkan sikap pemimpin yang harus otoriter soal ini, dan sometimes kata a herman kediktatoran itu diperlukan untuk menghadapi buruh-buruh bermental tahu pong dan tempe mendoan,dan sekaranglah saatnya.
maka kewajiban pada setiap mereka yang mampu berfikir dan mengambil hikmah dari kejadian ini untuk menyampaikan pada beberapa orang yang sulit berfikir atau dong-dong agar mengerti bahwa tanggung jawab dan hidup benar adalah yah untuk kita – kita juga bukan buat orang lain, please people think smart for of your whole life. Adios!!!
Comments
Post a Comment