“Musuh yang bijaksana lebih baik dari teman yang bodoh”
Pernah aku baca sebuah kutipan entah itu dari ibn rusyd atau al-gazali isinya seperti ini, “musuh yang bijak lebih baik dari teman yang bodoh” dan percaya atau tidak ini terjadi, aku sendiri emoh jika harus banyak musuh karena tak banyak musuh itu bijak dan fair, tapi begitu ada banyak orang bodoh disekelilingku saat ini, aku begitu tertekan ditempat pekerjaan, bukan karena tuntutan pekerjaan yang berat tapi justru lingkungannya yang begitu picik memandangku, aku seorang kutu buku,adikif,gajiku sering habis karena beli banyak buku itu semata-mata mungkin karena aku merasa bodoh dan tak berilmu dan belum mampu lanjut ke penididikan lanjutan,yang paling sakit hati bukan karena dicemooh dari belakang bahwa aku sok pintar,dan sok rajin karena itu tak selalu mau aku dengar tapi ketika justru seorang yang kuanggap teman malah dengan blak-blakan dan terang-terangan mengatakan “jangan terlalu banyak baca buku” “harus tahu tempat” “harus punya pemikiran sendiri” aku merasa sakit hati sekali, untukku yang introvert tapi ekstrovert buku adalah penyelamatku.
Banyak orang yang merasa diselamatkan oleh manusia kemudian penyelamat itu disebut pahlawan,maka aku diselamatkan buku maka kewajiban dan panggilan alamlah yang membuat aku memanggil para buku adalah pahlawanku,maka jika kutarik kesimpulan temanku itu bodoh padahal katanya dia anak kuliahan yang kupandang terpelajar justru yang paling keras teriak omong kosong soal buku! Maka biarlah mereka yang majemuk membenciku menganggapku musuh karena mereka mungkin lebih bijaksana hingga membuat aku jadi bijaksana untuk tetap bersama buku saja.
“Buku adalah sahabat yang paling banyak diam tapi banyak mendengar, meskipun demkian kami sama – sama tahu bahwa kami saling telanjangi satu sama lain” R.A Kartini.
Banyak orang yang merasa diselamatkan oleh manusia kemudian penyelamat itu disebut pahlawan,maka aku diselamatkan buku maka kewajiban dan panggilan alamlah yang membuat aku memanggil para buku adalah pahlawanku,maka jika kutarik kesimpulan temanku itu bodoh padahal katanya dia anak kuliahan yang kupandang terpelajar justru yang paling keras teriak omong kosong soal buku! Maka biarlah mereka yang majemuk membenciku menganggapku musuh karena mereka mungkin lebih bijaksana hingga membuat aku jadi bijaksana untuk tetap bersama buku saja.
“Buku adalah sahabat yang paling banyak diam tapi banyak mendengar, meskipun demkian kami sama – sama tahu bahwa kami saling telanjangi satu sama lain” R.A Kartini.
Comments
Post a Comment