Nietche Moralitas dan Kompromisitas masyarakat

Kesulitan yang dihadapi banyak orang belajar memahami tesis nya nietzche adalah karena mereka tidak terbuka secara fikiran atau pun perasaan.
kita tahu bahwa nietzche itu seorang nihilis atau pesimistis oleh orang – orang naïf, tapi untuk saya dia cukup realistis, dengan membaca filsafatnya nietzche saya tidak hendak menentang eksistensi tuhan secara metafisik atau pun transedental  tapi pada dasarnya bahkan fakta pun adalah kata lain dari interpretasi yang diamini oleh banyak orang.

               Saya merefleksikan dan mereduksi ulang dan memanifestasikan tesis nietzche pada pengejawantahan yang tergerus menjadi pengTuhanan manusia terhadap moralitas yang ponggah dan cacat yang dijunjung tinggi oleh masyarakat .
               Yang saya tentang adalah ketiadaan kebebasannya dari manusia atas kesadarannya untuk mandiri, tidak di dikte sana – sini menjadi sesuatu yang diingikan banyak orang sedang dalam hatinya yang paling dalam ia merasa terpaksa, karena jika tidak demikian mereka tidak akan diterima masyarakat.
               Segala macam moralitas yang dibenarkan masyarakat adalah objektifitas yang jika meminjam istilah Paulo freire adalah subjetifitas yang di “kolektivis komunal” kan agar menjadi satu nilai objektif yang kolektif.

               Bagi saya adalah konspirasi besar yang mengatakan jika menjadi dewasa itu adalah dengan menjadi mampu membedakan mana yang baik dan buruk !, toh pada kenyataanya manusia justru sering terjebak pada hal – hal yang seperti itu, karena salah menurut individu bisa jadi benar bagi satu kelompok, dan benar bagi satu kelompok bisa juga salah bagi satu individu ! sekalipun semua itu harus di lihat relevansi konteksnya, namun tetap saja kecenderungan manusia yang dikatakan Charles Darwin bahwa manusia adalah Homo Socius, membuat mereka takut berbeda dan takut terasing maka itulah yang membuat mereka sering terjebak pada yang namannya obejktivitas dan subjektivitas ! mereka takut untuk menjadi dirinya sendiri dan memilih jalan aman dengan mengikuti orang – orang banyak .

               Kemudian Thus Spoke Zarathustra berkata : “Bahwa manusia yang dulunya adalah unta harus berubah menjadi singa kemudian berubah kembali menjadi bayi “
dan ini lah yang dimaksud Nietzche being ubersmench that’s being true human, menjadi diri sendiri dan melakukan apapun yang ingin kamu mau.
               Karena pada dasarnya manusia selalu mampu membedakan mana yang benar dan salah atau buruk, ketidak mampuan mereka adalah soal bersikap, jadi menjadi dewasa itu bukanlah mampu membedakan itu namun membedakan mana yang mirip dan mana yang hampir mirip .

               Angkat tangan kalian jika di zaman kita sekarang ini ada orang yang tidak pernah berbohong ?!
White lies ? itu rasionalisasi, dalam istilah psikologi adalah satu cara untuk menenangkan diri sendiri atau menenangkan orang lain berdasarkan kebohongan ! So everybody lie, cuman jarang dan hampir tidak ada orang yang berani mengakui .
ingat bahwa bahkan tidak hanya penyakit – penyakit fisik saja yang menular, tapi yang termasuk psikis pun bisa menular.  Apa itu ? Kemunafikan ! Watch Out !

Comments

Popular posts from this blog

"Pemrograman sebagai Filsafat Bahasa Tingkat Tinggi: Perspektif Seorang Lulusan Sastra Inggris yang Terjun ke Dunia Teknologi"

Komputasi, Lingustik, dan Dasein ala Heidegger

Terbentur, terbentur kemudian terbentuk: the experiences of daily activites at UKRI