Pram Dan Novel Korupsi

Selesai sudah salah satu karya pram yang berjudul korupsi saya baca, indah dan penuh pesan moral.
               korupsi adalah penyakit mental, dan sekecil apapun korupsi tetap korupsi, sebesar apapun toleransi yang namanya korupsi yah korupsi.
saya merasa terpukul dan mendadak jadi ingat kembali atas apa yang ditorehkan puolo freire tentang arti pendidikan kaum tertindas, bahwa disana freire katakana bahwa umumnya buruh ketika menjadi atasan atau merasa diri mampu berontak atau melakukan aksi pemberontakan dengan tidak sadar atau sadar menginternalisasi penindasnya.
               Dan karakter yang ditulis pram disana, jelas persis seperti keadaan banyak orang – orang yang kecewa atas pendapatan dan loyalitasnya yang tidak sepadan dengan penghasilannya.
bertahun – tahun mengabdi, bekerja keras melupakan segala ambisi diri sendiri tapi tak mengahsilkan apa – apa kecuali hanya memperpanjang hidup dengan mengisi isi perut saja.
               Kemudian karena kecewa karena menunggu sesuatu yang tak pasti dari atasan umumnya kita mungkin berinisiatif melakukan aksi pemberontakan, entah itu kecil atau besar.

               Di tempat kerja saya sendiri pun demikian, ternyata aksi manusia itu selalu dimotivasi oleh hal – hal yang selalu sama, rasa kekecewaan dan ketidak puasan, korupsi dilakukan atas landasan cara berfikir yang amat sangat licik dan egois.
               Dan kadang – kadang melihat banyaknya kesempatan dan banyaknya orang yang melakukan aksi seperti itu sempat membuat saya juga ikut tergiur untuk melakukan hal yang sama. Apa itu ? mencuri!!!

               Dosa zaman sekarang sudah tidak sakral, dengan alasan karena perusahaan sewenang – wenang maka kami pun demikian.
tapi selalu yang bisa saya lihat jangankan dilakukan secara berjamaah dan terorganisir dilakukan secara individual pun yang namanya korupsi atau mencuri akan selalu membawa dampak besar.
               Saya menolak melakukan hal yang sama dengan mencuri sebagai imbalan dari ketidak adilan dan ke sewenang – wenangan perusahaan terhadap saya.
bukan saya sok suci tapi karena saya akhirnya sadar bahwa itulah apa yang selalu dilakukan orang – orang yang kurang terdidik.
               Kemudian Hannah berkata “mending kamu diem dan mengasingkan diri kaya dulu di cihampelas!!” kata Hannah padaku.
               Saya frustasi apalagi melihat tingkah mereka yang besar mulutnya, bakar lah persuahaannyakeluar lah dari perusahaannya, dan segala macam sumpah serapahnya pada perusahaan, tapi selalu tanpa aksi, dan inilah yang persis sekali dikatakan Paulo freire bahwa persis seperti itulah pribadi yang terbelah yang karakternya serba nanggung, mereka benci situasinya tapi sulit lari dengannya, mereka berkompromi sambil mengutuki nasib mereka sendiri, setelah lelah berkompromi mereka berubah jadi maling dan inilah pemberontakan yang dilakukan dengan cara yang selalu kurang waras.
               Korupsi dan mencuri, yang paling aku benci dari orang – orang ini adalah tingkahnya yang berlagak pintar dan kerja paling benar.
               Aku ingin ludahi dan pukul wajah mereka, toh meski pun seperti itu saya juga enggan melakukannya, toh akhirnya saya selalu berdoa agar mereka kena batunya saja.
Toh kalo pun mereka juga diingatkan soal dosa dan agama mereka sulit mengerti karena sehari – hari para koruptor dan pencuri memang dekat dengan dosa dan teransing dengan agama.

Comments

Popular posts from this blog

"Pemrograman sebagai Filsafat Bahasa Tingkat Tinggi: Perspektif Seorang Lulusan Sastra Inggris yang Terjun ke Dunia Teknologi"

Komputasi, Lingustik, dan Dasein ala Heidegger

Terbentur, terbentur kemudian terbentuk: the experiences of daily activites at UKRI