Pram dan novel Sekali peristiwa di banten selatan

Entah novel yang ke berapa dari yang ditulis pram, tapi novel sekali peristiwa di banten selatan ini adalah novel yang arahnya mulai penuh pesan yang menurut saya sebagai seorang pembaca dan pengagum karya – karya pram adalah novel yang kekuatannya cukup besar, ada sebuah kalimat seperti ini disana “aku sudah bosan takut dan sudah bosan putus asa” merinding bulu kuduk di belakang leher saya sendiri.
               Karakter yang bernama ranta menolak untuk di jajah kebebasannya oleh seorang yang naïf dan rakus lagi licik, sosok ranta digambarkan pram sebagai sesosok orang yang bijaksana yang diredam keberaniannya karena situasi yang serba ditekan disana sini.
tapi kemudian ranta berontak dengan segala macam kecerdasannya dan keberaniannya.
               Dan seperti biasa saya selalu tidak pernah mau mengulas buku pram, karena ada banyak artikel yang khusus membahas pram dan dibahas oleh orang – orang yang kompatibel dalam roman – roman karya pram, meskipun saya juga tidak tahu yang kompatibel dalam sastra atau politik itu sendiri seperti apa.
               Yang jelas dan yang pasti bahwa novel ini punya spirit yang agak berbeda dari kebanyakan karya – karya almarhum lainnya, ada happy ending di kisahnya itu sendiri, pesan yang disampaikan pram dalam bukunya ini adalah selalu tentang arti kata berorganisasi, berani bersikap dan merialisasikannya dengan amat sangat cerdas.
saya sebagai seorang penikmat karya – karya beliau kembali merasa diri terangkat termotivasi oleh karyanya setelah merampungkan tetralogi buru bumi manusia.

               Dan memang karya sastra pram adalah karya yang memang selalu harus jadi kewajiban bagi para pembaca untuk dibaca bukan hanya menambah informasi dan sekedar menambah daftar buku literasi kualitas dunia saja tapi karya – karya milik pram selalu ada daya majis yang mampu merubah psikologis, mental dan moral pembacanya.
               yang paling memorable dari buku ini adalah petuah yang satu ini 
“Di mana – mana aku selalu dengar yang benar juga akhirnya yang menang, itu benar, benar sekali. Tapi kapan ? kebenaran tidak datang dari langit, dia mesti diperjuangkan untuk menjadi benar “ Prameodya ananta toer.

Comments

Popular posts from this blog

"Pemrograman sebagai Filsafat Bahasa Tingkat Tinggi: Perspektif Seorang Lulusan Sastra Inggris yang Terjun ke Dunia Teknologi"

Komputasi, Lingustik, dan Dasein ala Heidegger

Terbentur, terbentur kemudian terbentuk: the experiences of daily activites at UKRI