Tjerita Nyai Dasima

Nyai dasima, sebuah karya sastra karangan G Francais baru saya selesaikan dua hari lalu, tapi sebelum say abaca karya asli dari G.francaisnya say abaca karya itu yang telah digubah ulang oleh ardan, yang membuat karyanya menjadi lebih kearah kebangsaan dan pribumi, atau bentuk perubahan sudut pandang .

           Yah, siapapun yang pernah baca karya ini pasti ngerti maksud saya, kenapa ? karena jelas Francais nulis itu berdasarkan sudut pandang dia melihat islam dan orang – orang pribumi berdasarkan pada realitas yang ia tahu dengan prasangka yang buruk, sedang ardan dari sudut pandang sebaliknya, merubah struktur dan pewatakan tokohnya dalam cerita dalam sudut pandang islam yang baik dan moralitas kebangsaan yang nasionalis, yang melekat pada cerita Ke – nYaian.

           Point saya soal karya Ardan, jelas membuat ceritanya menjadi lebih terpusat pada psikologis Samiun dan Hayati, perkembangan karakter dan sifat mereka yang justru menjadi pusat ceritanya ini menjadi pembawa arah kemana ceritanya berakhir, tokoh nyai yang mati terbunuh menjadi terbunuh karena pilihan dari rasa moralitas dan harga dirinya yang kecewa terhadap perlakuan suaminya orang asing dari inggris .
           Pergulatan batin soal harga diri dan keteransingan tentang jati diri nyai menjadi sumber kekuatan nyai untuk memberontak pada Tuannya .
Naasnya dalam cerita yang digubah ardan ia dibunuh karna pilihan moral dan cara pandangnya tentang kebangsaan yang sebenarnya menurut saya tidak begitu terlalu kental.

           Karena pemberontakan nyai bagi saya lebih cenderung berbau soal harga diri, ia lelah dikatai Bodoh oleh orang – orang asing .

           Buat saya apa yang ditulis ardan cukup baik meskipun tidak wah, karena yah mungkin jika dilihat dari waktu penggubahan itu berlandaskan gerakan politik dan satra pada saat itu, orang – orang harus disadarkan pada kepentingan berani bersikap, berani memberontak dan melalui sastra seruan untuk melakukan sesuatu bisa dilakukan salah satunya .

           Tapi bila kemudian saya bandingkan dengan apa yang ditulis francais, jelas keaslian cerita membuat ceritanya juga lebih suspense more complex and complicated, more unpredictable, dan sudah jelas juga pasti latar belakang penulisan kisah tjerita Nyai Dasima ini pun berdasarkan kepentingan politik orang – orang belanda .
           Membuat citra buruk islam dan perangai pribumi yang bodoh, dan kemulian dari gerakan G3, Glory, Gospel dan Gold, yah kedua penulis ini bertujuan melakukan sesuatu pada satu objek yang sama Nyai dasima .
           Its All About Politic .
Puas atau enggak nya say abaca sastra klasik itu yah saya puas tapi kalo dibilang bagus yang mana saya tetap bakal bilang bagus karya aslinya . terlepas dari kepentingan tujuannya saya jelas lebih suka pada apa yang ditulis G.Francais . 

Comments

Popular posts from this blog

"Pemrograman sebagai Filsafat Bahasa Tingkat Tinggi: Perspektif Seorang Lulusan Sastra Inggris yang Terjun ke Dunia Teknologi"

Komputasi, Lingustik, dan Dasein ala Heidegger

Terbentur, terbentur kemudian terbentuk: the experiences of daily activites at UKRI