Bedah buku Blink – Kemampuan Berpikir Tanpa Berpikir – Malcolm Gladwell - Part 3

 

Pada bagian bap ke-empat dan ke-lima penulis ini menginformasikan bagaimana peliknya alam bawah sadar kita mengolah semua informasi untuk diajadikan mesin pengolah pemgambilan keputusan singkat yang akurat tanpa cacat. Bahkan sering kali kita harus berhati-hati bahwa barangkali semua informasi malah menjurumuskan kita pada satu keputusan yang keliru. Dicontohkan bahkan oleh penulis bahwa pada tahun 2002 seorang pensiunan tentara yang berprestasi atas kontribusinya di perang vietnam diberikan perintah untuk melatih tentara-tentara amerika untuk menambah keterampilannya berperang. Dengan menggolongkan tentara-tentara itu menjadi dua golongan atau kelompok. Yang satu bernama tim biru dan yang lainnya bernama tim merah. Yang biru diberikan banyak informasi mengenai seluruh data tentang lawan sedang tim merah yang dipimpin oleh veteran perang vietnam hanya menggunakan pengalaman dan pengetahuannya serta intuisinya selama perang di vietnam. Diujung dua bab ini penulis menegaskan bahwa intuisi adalah hal-hal yang sangat praktis ketika kita dihadapkan dengan situasi yang mendesak namun menuntut keputusan-keputusan cepat yang akurat. Penulis menegaskan terkadang sistematika cara berpikir runtut dan linear seperti seorang ilmuan atau orang-orang terpelajar justru bisa jadi menimbulkan bencana ketika kita dihadapkan pada situasi-situasi yang mendesak. Sedangkan intuisi barangkali meski hanya sekejap, mampu menjadi jawaban yang barangkali cocok dan sesuai dengan situasinya itu sendiri.

dan pada bagian bab ke-enam dan ketujuh, penulis dalam buku ini mencertitakan bagaimana bahkan suatu pikiran seseorang bisa dibaca melalui gerak-geriknya, penulis menjabarkan bagaimana Sulivan Tomskin dan Paul Ekman merumusakan soal-soal makna dari ekspresi wajah, bahkan bagaimana penulis memberikan contoh dari perspektif anak autis bahwa mereka ( pengidap autisme ) cenderung melihat segala sesuatu sebagai benda maka fokusnya hanya satu arah saja, yaitu apa yang sedang atau apa yang ia senangi saja, ia akan memusatkan segala perhatiannya pada itu saja. arousal optimal adalah bagian dari proses kognitif kita yang bekerja ketika kita dihadapkan dengan sesuatu yang situasi yang menuntut kita untuk memutuskan keputusan seperti apa yang harus dilaksanakan dalam keadaan terdesak. bagi peneliti otak (neurologi) bahkan kecepatan jantung diatas 140 lebih menjadi contoh bagaimana bagian itu (arousal optima) bekerja, semua yang ada disekitar kita seolah melambat dalam perspektif fenemonologi semuanya nampak kepermukaan hanya ia dan peristiwa otentik itu saja yang hadir, sisanya hanya kekosongan dan ketiadaan. begitu indah penulis menerangkan semua proses kognitif yang terjadi ketika hal-hal demikian itu berlangsung. bahkan di bab-bab terakhir penulis seolah memberikan pesan bahwa prasangka ( snap judgement ) bisa menguntungkan dan merugikan karena mereka selalu terasosiasi dengan pengalaman. pengalaman siapa ? tentunya pengalamn dan pengetahuan kita mengenai stereotipe yang umum. bisa saja prasangka itu menguntungkan bila intuisi kita mengatakan bahwa itu bisa berbahaya ketika itu menghindarkan kita dari suatu peristiwa yang tidak diingingkan dan bisa jadi prasangka menguntungkan kita bila ia mengatakan imbalan bermanfaat bagi kita. toh pada akhirnya si penulis menegaskan bahwa sekalipun intuisi itu penting snap decision dan snap judgement itu tetap harus dipertimbangkan baik-baik, karena salah-salah kita terlalu dini menilai sesuatu itu buruk sebelum mengetahui secara kesuluruhan.(tabayyun)

Comments

Popular posts from this blog

"Pemrograman sebagai Filsafat Bahasa Tingkat Tinggi: Perspektif Seorang Lulusan Sastra Inggris yang Terjun ke Dunia Teknologi"

Komputasi, Lingustik, dan Dasein ala Heidegger

Terbentur, terbentur kemudian terbentuk: the experiences of daily activites at UKRI