Korelasi Postulat Jean Paul Sartre mengenai Eksistensi mendahului Esensi pada pemuda yang gandrung dengan Knalpot Racing

 Apa opini saya terhadap mereka yang senang dengan model/jenis knalpot racing yang dipasang di motor-motor matic? Menurut saya para pemuda itu adalah pemuda yang sedang mengalami existential transformative value (Husserl, 1859). Apa itu Existential Transformative Value? Itu adalah jenis transformasi perasaan (shifting consciousness through experience) yang dialami seseorang ketika mengalami suatu peristiwa tertentu.

Prilaku ini sering kali terasa nyata atau kongkrit sekaligus valid rasanya secara transedental bagi mereka yang mengalami kejadian itu. Secara fenemonologis kesadaran ini pun di sebut situasi “terlempar” (Heidegger, 1889) artinya ia sendiri secara otentik dan reflektif sadar sepenuhnya pada kenyataan bahwa ia “ada” dan terpusat pada kehadiran eksistensinya, berangkat dari sana, orang-orang ini melakukan tindakan “mengada” pada realitas untuk mengukuhkan realitas baru dari kesadaran atas eksistensinya. Dan keyakinan ini disebut ilusi ( it seems like good or worst depends on how that illusion drive us to be good or bad ) mengapa itu dikatakan ilusi, karena mereka membayangkan atau mentransformasi pikirannya dan membayangkan seolah-olah mereka adalah seseorang yang mengendarai motor sport. Is that bad? Nope. I mean it’s not bad if just an illusion that we haven’t to be believe in deeply manner, if it’s just for affirmation or motivation it’s ok to have some attitudes from our idols in motorcycle sports. But it could be bad if that illusion lead us to wrong direction, such as memasang knalpot racing pada motor yang bukan motor sport. Kemudian prilaku keliru ini menjadi semacam keyakinan yang adekwat bahwa dengan mereplika suara motor sport pada kendaraan yang bukan berjenis kendaraan sport mereka yakin bahwa mereka sedang menngendarai motor sport. Ini disebut dengan delusi.

Ketika prilaku ini menyebar maka prilaku ini sudah bisa disebut dengan ideologi. Bila kendaraan motor seperti itu digunakan di tempat yang memang seharusnya (track balapan), maka itu tidak lantas jadi masalah, yang jadi masalah kemudian adalah ketika tujuannya hanya sekedar ingin mendominasi jalanan dengan arogan.

Secara socio-psychology itu berdampak buruk pada masyarakat, maka jelas, prilaku ini menggangu masyarakat, membuat pengendara merasa terintimidasi, terancam, takut dan sering kali mereka yang merasa demikian memilih meminggirkan atau memelankan laju kendaraan motor mereka (korban) . yang menjadi pertanyaan saya adalah apakah sepenting itu menghiba dan cara mendapatkan validasi atas dasar eksistensi ? nope! Itu jelas sampah!

Comments

Popular posts from this blog

"Pemrograman sebagai Filsafat Bahasa Tingkat Tinggi: Perspektif Seorang Lulusan Sastra Inggris yang Terjun ke Dunia Teknologi"

Komputasi, Lingustik, dan Dasein ala Heidegger

Terbentur, terbentur kemudian terbentuk: the experiences of daily activites at UKRI